Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Taji IDXBUMN20 di antara Polemik BUMN Karya dan Sentimen Dividen

Indeks saham BUMN pilihan, yakni IDXBUMN20 masih berakselerasi di tengah polemik yang membelit perusahaan konstruksi pelat merah serta target dividen 2024.
Menteri BUMN Erick Thohir./Bisnis-Rika A.
Menteri BUMN Erick Thohir./Bisnis-Rika A.

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks saham BUMN pilihan, yakni IDXBUMN20 masih berakselerasi di tengah polemik yang membelit perusahaan konstruksi pelat merah serta target dividen 2024 yang lebih rendah dari outlook tahun ini. 

Berdasarkan data Bloomberg hingga Selasa (29/8/2023), IDXBUMN20 menguat 2,95 persen year-to-date (YtD) menuju level 414,76. Saham BMRI, BBRI, dan JSMR menopang penguatan indeks, sementara saham PGAS serta WIKA menjadi pemberat. 

Akselerasi IDXBUMN20 terjadi di tengah sengkarut utang yang menyelimuti BUMN Karya. Contoh, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) yang masih berjuang memperbaiki struktur permodalan hingga mengalami standstill atau penundaan pembayaran utang perbankan. 

Di sisi lain, pemerintah menetapkan setoran dividen BUMN 2024 lebih rendah dibandingkan outlook 2023. Pelemahan ini pun berisiko menjadi sentimen negatif bagi IDXBUMN20.

Berdasarkan Buku II Nota Keuangan beserta Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2024, pemerintah menargetkan setoran dividen BUMN sebesar Rp80,8 triliun. Jumlah ini lebih rendah 0,8 persen dari outlook dividen 2023, yakni Rp81,5 triliun.

Pemerintah menyatakan penurunan itu mempertimbangkan dinamika kondisi global dan stabilitas politik, yang dinilai dapat mempengaruhi kinerja perekonomian domestik. Alhasil, kondisi ini diperkirakan berdampak terhadap kinerja keuangan BUMN pada 2023.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina memperkirakan target setoran dividen BUMN yang lebih rendah diakibatkan oleh pelemahan harga komoditas, sehingga BUMN di bidang pertambangan diramal membukukan penurunan laba.

“Saya rasa ini bukan sentimen yang positif bagi IDXBUMN20, karena turunnya setoran dividen mengindikasikan pemerintah lebih pesimistis dengan profit BUMN pada tahun 2023 ini,” ujarnya kepada Bisnis.

Kendati demikian, Martha menyatakan ada beberapa yang menarik untuk dicermati, yakni saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR) dan PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR).

Di sisi lain, tim riset CGS-CIMB Sekuritas Bob Setiadi dan Genie Purnamasari menyatakan JSMR memiliki valuasi menarik usai mencetak pertumbuhan laba bersih sebesar 56,33 persen menjadi Rp1,14 triliun per semester I/2023. 

Selain itu, beban bunga juga mengalami penurunan sebesar 16 persen secara kuartalan (quarter-on-quarter/QoQ) menjadi Rp673 miliar atau dari posisi Rp802 miliar pada kuartal I/2023. 

CGS-CIMB Sekuritas pun mempertahankan rekomendasinya dan menaikkan target harga JSMR dari sebelumnya Rp4.550 menjadi Rp4.700. Hingga Selasa (29/8) saham JSMR telah melesat 34,65 persen YtD menuju level Rp4.010 per lembar. 

Sebelumnya, Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan menuturkan kinerja IDX BUMN20 masih akan mengandalkan saham-saham perbankan milik negara, yakni BBRI, BMRI, BBNI, dan BBTN, serta saham lainnya seperti TLKM dan PGAS.

Menurutnya, sentimen terbesar untuk IDX BUMN20 masih berasal dari situasi makro ekonomi, tepatnya setelah periode berakhirnya kenaikan suku bunga acuan dalam negeri dan dimulainya penurunan suku bunga global, yang diproyeksikan terjadi pada kuartal IV/2023.

“Untuk sentimen negatif, kami lihat cukup minim, hanya tahun Pemilu yang kami perkirakan bisa menjadi potensi investor melakukan wait and see dan sentimen potensi faktor ‘politis’ yang melekat pada emiten BUMN, seperti kebijakan dari kementerian dan pemerintah,” tuturnya.

Dengan demikian, Alfred menyatakan bahwa secara fundamental, emiten BUMN perbankan, telekomunikasi, serta PGAS memiliki prospek yang baik sepanjang tahun 2023 dan 2024.

Dia pun merekomendasikan saham BBNI dengan target harga Rp10.400, diikuti saham BBTN sebesar Rp1.600 per lembar, dan saham PGAS senilai Rp1.700. Sementar itu, saham TLKM memiliki target harga Rp4.150 dan ANTM sebesar Rp2.220.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dionisio Damara
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper