Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

EUDR Kontras dengan Moncernya Investasi Uni Eropa di Industri Sawit RI

Langkah Uni Eropa dalam melindungi hutan dunia melalui kebijakan EUDR kontradiktif dengan penanaman modal di bidang tanaman pangan, termasuk sawit Indonesia.&n
Kebun Sawit. /Sinar Mas Agribusiness
Kebun Sawit. /Sinar Mas Agribusiness

Bisnis.com, JAKARTA -- Langkah Uni Eropa dalam melindungi hutan dunia melalui kebijakan Undang-undang Antideforestasi (EUDR) dinilai tak sejalan dengan masifnya penanaman modal di bidang tanaman pangan, termasuk sawit Indonesia. 

Kebijakan tersebut menjegal perdagangan sejumlah komoditas RI seperti sawit, kopi, daging, kayu, kakao, kedelai, dan karet untuk masuk ke pasar Eropa. Pasalnya, aktivitas komoditas tersebut dinilai menyebabkan deforestasi dan merusak kelestarian hutan.  

Ketua Tim Peneliti LPEM FEB UI, Eugenia Mardanugraha menerangkan berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BPKM), negara-negara Uni Eropa justru paling banyak berinvestasi di sektor Tanaman Pangan Perkebunan dan Peternakan (TPPP). 

"Negara-negara Uni Eropa itu melakukan berbagai macam aturan dan tekanan [EUDR], tetapi kita lihat dari data bagaimana negara-negara itu melakukan investasi di negara kita," kata Eugenia, Kamis (24/8/2023). 

Meski tak menjabarkan sektor sawit secara rinci, Eugenia meyakini bahwa produk sawit menjadi komoditas prioritas yang disasar, mengingat Indonesia merupakan produsen terbesar minyak sawit dunia. 

Dia pun menunjukkan data temuannya yang menunjukkan bahwa Belgia merupakan negara Uni Eropa yang berinvestasi paling besar di sektor TPPP yakni senilai US$41,8 juta atau 57,2 persen dari total investasi Belgia di RI senilai US$73,1 juta.

"Belgia merupakan negara EU yang terbanyak melakukan investasi perkebunan pada tahun 2022, sayangnya data ini tidak terperinci sampai dengan perkebunan sawit," ujarnya. 

Di susul oleh Austria dengan nilai penanaman modal di TPPP sebesar US$8,1 juta atau 12,1 persen dari total investasinya di Indonesia yakni US$67,3 juta.

Kemudian, Luxembourg yang berinvestasi di industri TPPP senilai US$7 juta atau 10 persen dari total investasinya US$64,4 juta. Lalu, Belanda juga ikut menanam modal sebesar US$2,9 juta atau 0,2 persen dari total investasi Belanda di RI sebesar US$1,2 miliar. 

Terakhir, negara Uni Eropa yang ikut berpartisipasi dalam penanaman modal di TPPP yaitu Slovenia dengan nilai US$1,5 juta atau 42,2 persen dari total investasi US$3,7 juta. Adapun, Slovenia merupakan negara kecil dengan persentase investasi TPPP di Indonesia cukup besar. 

"Belanda menguasai Bursa Sawit dan telah memperoleh keuntungan besar dari jasa perdagangan sawit," ungkapnya. 

Langkah investasi Uni Eropa di sektor tersebut bertolak belakang dengan kebijakan EUDR dan sejumlah kampanye negatif berkenaan dengan minyak kelapa sawit RI. 

Eugenia menduga adanya strategi muslihat yang digencarkan Uni Eropa. Dari 27 negara Uni Eropa, dia menilai ada peranan setiap negara untuk berinvestasi di kebun sawit dan penguasaan pasar komoditas. 

"Mereka juga mungkin dalam melancarkan regulasi EUDR dan segala macam itu mereka sebetulnya sudah bagi-bagi tugas," pungkasnya.

Sebagaimana diketahui, Belanda memiliki peranan besar dalam perdagangan sawit internasional, meskipun negara tersebut bukan produsen minyak kelapa sawit. 

Keberadaan bursa sawit di Rotterdam, Belanda memperkuat perdagangan komoditas yang berpengaruh kuat dalam menentukan harga acuan sawit internasional. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper