Bisnis.com, JAKARTA – Emiten Boy Thohir, PT Adaro Minerals Indonesia Tbk. (ADMR) mencatatkan penurunan laba bersih pada semester I/2023 akibat penurunan harga jual rata-rata sebesar 25 persen.
Berdasarkan laporan keuangannya, ADMR membukukan laba bersih US$163,51 juta per Juni 2023 yang mengalami penurunan 18,8 persen dari posisi tahun sebelumnya US$201,43 juta. Bila dikonversi menjadi rupiah dengan kurs Rp15.324 maka laba bersih ADMR mencapai Rp2,50 triliun.
Penurunan laba bersih ADMR disebabkan oleh dua faktor utama. Pertama adalah harga jual rata-rata batu bara yang mengalami penurunan 25 persen. Kedua adalah naiknya beban pokok melampaui kenaikan pendapatan.
Pendapatan ADMR tercatat naik 6 persen year on year (yoy) menjadi US$463,60 juta per Juni 2023, sedangkan beban pokok ikut membengkak 42 persen yoy menjadi US$210,25 juta.
Kenaikan beban pokok disebabkan oleh royalti yang dibayarkan kepada Pemerintah naik 11 persen menjadi US$81,6 juta, biaya penambangan naik 77 persen menjadi $45,7 juta, biaya pemrosesan batu bara naik 69 persen menjadi $30,9 juta, dan biaya pengiriman dan penanganan naik 56 persen menjadi $53,7 juta.
Biaya bahan bakar per liter naik 14 persen secara year-on-year (yoy), dan biaya kas batu bara per ton sampai dengan Juni 2023 naik 8 persen yoy.
Baca Juga
Presiden Direktur ADMR Christian Ariano Rachmat mengatakan tetap puas dengan kinerja yang dicapai oleh perusahaan. “Operasi batu bara metalurgi paruh pertama 2023 yang baik telah menempatkan perusahaan pada posisi yang baik untuk mencapai target volume tahunan. Kami terus mengembangkan pasar bagi batu bara metalurgi Indonesia, dan tanggapan dari para pelanggan membuat kami yakin akan prospek pertumbuhan,” katanya dalam keterangan resmi, Selasa (22/8/2023).
Christian menambahkan ADMR akan menggeber hilirisasi melalui smelter aluminium, yang telah mendapatkan pemenuhan keuangan dalam kuartal ini.
“Kami menyambut peluang menumbuhkan bisnis pengolahan mineral secara berkelanjutan dengan penuh semangat, dan tetap berfokus pada eksekusi proyek-proyek strategis secara bertanggung jawab,” ungkapnya.
Sebagai informasi, volume produksi ADMR pada semester I/2023 tercatat 2,54 juta ton dengan penjualan yang mencapai 1,82 juta ton, atau masing-masing naik 66 persen dan 42 persen yoy.
ADMR mendapatkan pemenuhan keuangan untuk smelter aluminium berkapasitas 500.000 ton per tahun di bawah PT Kalimantan Aluminium Industry (KAI). Pembiayaan ini termasuk $981,4 juta dan Rp1,54 triliun.
KAI telah menyelesaikan persiapan lahan, pekerjaan tanah serta konstruksi jeti sementara dan terus melanjutkan konstruksi fasilitas infrastruktur lainnya.