Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah dibuka melemah ke posisi Rp15.341 di hadapan dolar AS pada perdagangan hari ini, Rabu (16/8/2023), bertepatan dengan penyampaian Nota Keuangan RAPBN 2024 oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) di hadapan anggota parlemen siang ini.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka melemah 0,17 persen atau 26,50 poin ke posisi Rp15.341,50 sementara itu indeks dolar terpantau melemah tipis 0,01 persen ke posisi 103,20.
Sementara itu mata uang Asia mayoritas dibuka menguat. Yen Jepang menguat 0,02 persen, peso Filipina menguat 0,03 persen, dolar Singapura menguat 0,04 persen, rupee India menguat 0,13 persen, yuan China menguat 0,08 persen, ringgit Malaysia menguat 0,11 persen dan Bath Thailand menguat 0,15 persen.
Adapun mata uang Asia yang melemah selain rupiah adalah, dolar Taiwan yang terkoreksi 0,08 persen.
Sebelumnya, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan dolar AS berpeluang setelah rilis indikator ekonomi China yang mengecewakan. Hal ini pun menimbulkan kekhawatiran tentang pertumbuhan global, sekaligus mendorong permintaan untuk safe-haven greenback.
Kekhawatiran ini juga dipahami karena hasil industri China pada Juli 2023 lebih lambat dari bulan sebelumnya dan penjualan ritel juga memiliki nasib serupa. Kondisi tersebut lantas menambah kecemasan atas goyahnya pemulihan ekonomi di Negeri Tirai Bambu.
“Adanya kekhawatiran bahwa inflasi yang kaku akan mendorong Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi dan lebih lama dari yang diperkirakan para pedagang sebelumnya,” ujarnya dalam publikasi riset harian, Selasa (15/8/2023).
Sementara itu, data penjualan ritel AS yang akan dirilis Selasa malam dapat menambah perdebatan. Sejauh ini konsumen AS dinilai telah bertahan, bahkan dalam menghadapi kenaikan suku bunga yang akhirnya semakin mendorong penguatan dolar.
Baca Juga
Dari sisi internal, Ibrahim menyampaikan PMI Manufaktur Indonesia masih berada di zona ekspansif yakni berada di level 53,3 pada Juli 2023. Kondisi ini lebih baik bandingkan PMI China di level 49,2, lalu Eropa 42,7 sementara AS dan Jepang mencapai level 49,0.
Sementara itu, dia menuturkan bahwa Indonesia dan India menjadi dua negara yang memiliki ekonomi kuat sekaligus mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi.
Sementara itu, ada negara-negara di Asean dan Asia yang selama ini cukup kuat, tetapi terdampak ekonomi global yang melemah. Contohnya, Vietnam yang selama pandemi Covid-19 menunjukan penguatan kinerja namun kini melemah di level 48,7.
“Di lihat dari total negara yang di survei, sebanyak 72,7 persen berada dalam aktivitas PMI manufaktur yang kontraktif. Artinya perekonomian dunia dicirikan dengan mayoritas negara dengan kondisi kegiatan manufakturnya melambat,” tuturnya.
Adapun PMI di atas 50 hanya mencapai sebesar 9,1 persen. Kondisi tersebut memang menunjukkan ekspansi, tetapi cenderung dalam tren melambat. Adapun sebanyak 18,2 persen PMI menunjukan ekspansi dan akseleratif, termasuk Indonesia, India, Filipina, dan Meksiko.
Sebagai informasi, pidato kenegaraan akan disampaikan Jokowi dalam Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI. Dalam kesempatan ini, Jokowi juga akan menyampaikan pidato tentang penyampaian Laporan Kinerja Lembaga-lembaga Negara sekitar pukul 10.16 WIB.
Selain itu, Jokowi juga akan menyampaikan pidato tentang Rancangan Undang-undang (RUU) tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun anggaran 2024 disertai nota keuangan dan dokumen pendukungnya pada pukul 13.50-14.35 WIB. Pidato akan disampaikan Kepala Negara sebagai pembuka Sidang Paripurna DPR RI.