Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,44 persen ke 6.910,17 pada perdagangan Senin (14/8/2023), setelah sempat tertekan di zona merah seiring dengan sentimen negatif di Bursa Asia.
Indeks komposit sempat mencapai posisi tertinggi saat penutupan dan terendah di 6.823,75 sepanjang sesi perdagangan. Sebanyak 254 saham ditutup parkir di zona hijau, 283 saham melemah, dan 207 saham lainnya ditutup di posisi yang sama dengan harga kemarin.
Sementara itu, mayoritas bursa saham di kawasan Asia melemah. Indeks Nikkei 500 terpantau melemah 1,10 persen, sementara Shanghai Composite turun 0,34 persen dan Hang Seng terkoreksi 1,58 persen.
Sektor industri dasar dan energi memimpin kenaikan dengan penguatan masing-masing sebesar 1,69 persen dan 1,32 persen. Sementara itu, sektor teknologi naik 0,41 persen, konsumer non-cyclical menguat 0,50 persen dan finansial naik 0,36 persen.
Segelintir sektor yang terpantau parkir di zona merah penutupan hari ini adalah konsumer cyclical sebesar 0,06 persen dan transportasi melemah 0,27 persen.
Di jajaran saham-saham berkapitalisasi jumbo, PT Amman Mineral International Tbk. (AMMN) memimpin kenaikan dengan apresiasi 2,67 persen. Selanjutnya peritel PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT) menguat 2,12 persen, BBNI menguat 1,10 persen dan TPIA naik 0,93 persen.
Baca Juga
PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) menjadi yang paling dalam koreksinya hari ini dengan pelemahan 0,99 persen. Kemudian ICBP dan BBCA menyusul masing-masing 0,65 persen dan turun 0,53 persen.
Pilarmas Investindo Sekuritas dalam riset tengah hari melaporkan IHSG mengalami pelemahan pada sesi pertama terseret sentimen eksternal, sejalan dengan pelemahan pasar Asia da global.
“Pasar tampaknya terimbas kekhawatiran akan kondisi China setelah pengembang China Country Garden menangguhkan perdagangan sebelas 11 obligasi sehingga memberikan sentimen negatif,” tulis Pilarmas.
Pasar khawatir hal itu akan memicu kekhawatiran gagal bayar yang lebih luas di sektor properti China, terlebih dengan ketiadaan sinyal dukungan pemerintah yang kuat.
Sementara itu, laporan inflasi produsen Amerika Serikat yang lebih kuat dari perkiraan untuk Juli memicu taruhan bahwa Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama. US PPI Final Demand naik secara bulanan dari sebelumnya 0 persen menjadi 0,3 persen dan secara tahunan naik dari 0,2 persen menjadi 0,8 persen.
Sebelumnya Presiden Fed San Francisco Mary Daly mengatakan angka inflasi terbaru tidak berarti bahwa bank sentral dapat mengumumkan kemenangan atas inflasi. Dia turut menambahkan bahwa pasar tenaga kerja belum seimbang. Kondisi ini akan mendorong kenaikan yield AS sehingga membuat daya tarik pasar untuk masuk ke pasar obligasi dan menekan pasar saham.