Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Dibuka Menguat ke 6.887, Saham BBCA dan TLKM Paling Laris

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat ke 6.887,931 pada pembukaan perdagangan hari ini, Kamis (10/8/2023). Berkat dorongan saham BBCA dan TLKM pagi ini.
Pegawai beraktivitas di dekat layar yang menampilkan data saham di PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (26/7/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai beraktivitas di dekat layar yang menampilkan data saham di PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (26/7/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat ke 6.887,931 pada pembukaan perdagangan hari ini, Kamis (10/8/2023). 

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG tumbuh 0,19 persen atau 12,81 poin ke posisi 6.887,931. Adapun IHSG bergerak di rentang 6.880,701-6.893,370. 

Pada pembukaan hari ini, terdapat 165 saham yang dibuka menguat, 134 saham yang parkir di zona merah, serta 201 saham lain yang stagnan atau bergerak di tempat. Kapitalisasi pasar terpantau menjadi Rp10.092 triliun. 

Deretan saham paling paris pada pembukaan perdagangan hari ini dipimpin oleh PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang meski berada di posisi stagnan tetapi berhasil memperdagangkan hingga 5,3 juta saham dengan nilai transaksi yang menembus angka Rp50,1 miliar pada pagi ini. 

Diikuti oleh PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) yang memperdagangkan 6,6 juta saham dengan nilai transaksi yang mencapai Rp25,1 miliar. Adapun saham TLKM tumbuh 1,06 persen atau naik 40 poin ke level Rp3.810. 

Saham perbankan lainnya, yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) menyusul dengan catatan penjualan 2,8 juta saham dengan nilai transaksi sebesar Rp15,7 miliar pada pembukaan perdagangan hari ini. 

Harga saham BBRI berada di posisi stagnan atau sama seperti harga penutupan hari sebelumnya yaitu sebesar Rp5.700 per lembar saham. 

Sementara itu, saham yang paling cuan pada awal perdagangan pagi ini adalah saham PT Distribusi Voucher Nusantaran Tbk. (DIVA) yang mencatat peningkatan harga hingga 19,26 persen atau naik 52 poin ke level Rp322 per lembar saham. 

Disusul oleh emiten baru PT Mutuagung Lestari Tbk. (MUTU) yang harga sahamnya naik 6,90 persen atau 10 poin ke level Rp155 per saham. Posisi ketiga juga masih ditempati oleh perusahaan yang baru melantai di BEI pekan ini. Itu adalah PT ITSEC Asia Tbk. (CYBR) yang mencatatkan peningkatan sebesar 6,59 persen atau naik 12 poin ke level Rp194 per saham. 

Nasib berbeda dialami oleh PT Paperocks Indonesia Tbk. (PPRI) yang harga sahamnya anjlok 14,71 persen atau turun 15 poin ke level Rp87 per saham. 

Kemudian ada saham PT Grahaprima Suksesmandiri Tbk. (GTRA) yang juga parkir di zona merah pada pembukaan perdagangan pagi ini. Saham GTRA terpangkas 10,71 persen atau turun 24 poin ke level Rp200 per lembar saham. 

Perusahaan yang resmi melantai di BEI hari ini, PT Multisarana Intan Eduka Tbk. (MSIE) menyusul di posisi selanjutnya dengan penurunan sebesar 10 persen atau 10 poin ke level Rp90 per lembar saham. 

Sebelumnya, Financial Expert Ajaib Sekuritas Ratih Mustikoningsih memprediksi bahwa IHSG akan bergerak mixed dalam rentang 6.850-6.915 setelah berhasil ditutup menguat ke level 6.875,11 kemarin, Rabu (9/8/2023). 

Ratih mengatakan, pergerakan IHSG hari ini akan dipengaruhi oleh beberapa katalis, baik dari dalam negeri maupun mancanegara. Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa (Cadev) Indonesia pada Juli 2023, naik menjadi US$137,7 miliar jika dibandingkan bulan Juni 2023 sebesar US$137,5 miliar yang didukung oleh pajak dan pendapatan jasa. 

Tingkat Cadev tersebut setara dengan pembiayaan 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. 

Kedepannya, Cadev akan tetap memadai, seiring dengan prospek ekonomi, stabilitas makroekonomi, serta sistem keuangan yang terjaga.

Sementara dari mancanegara, National Australia Bank (NAB) melaporkan Indeks kepercayaan bisnis di Australia naik ke level 2 pada Juli 2023 dari level -1 pada bulan sebelumnya, menunjukan level tertinggi sejak Januari 2023. 

Bergeser ke Asia, angka inflasi di China turun minus 0,3 persen YoY pada Juli 2023, sehingga menjadi deflasi pertama sejak Februari 2021. 

Sementara nilai Ekspor di China turun 14,5 persen YoY ke level terendah dalam lima bulan menjadi US$281,76 miliar pada Juli 2023, menjadi penurunan paling tajam sejak Februari 2020. Secara bersamaan, angka impor terkoreksi 12,4 persen YoY menjadi US$201,16. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper