Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas jatuh pada akhir perdagangan Rabu pagi WIB karena data perdagangan mengecewakan dari China, peringatan peringkat kredit untuk bank-bank AS, dan beberapa pendapatan perusahaan yang lemah mendorong pelarian ke dolar AS dan obligasi pemerintah.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange tergelincir 0,51 persen menjadi US$1.959,90 per ounce, setelah menyentuh tertinggi sesi di US$1.972,80 dan terendah di US$1.956,50.
Peringatan peringkat kredit untuk bank-bank AS dan beberapa pendapatan perusahaan yang lemah memicu pelarian modal ke dolar AS dan obligasi pemerintah.
Selera risiko berkurang pada Selasa (8/8), menyusul berita bahwa ekspor dan impor China berkontraksi lebih dari yang diharapkan pada Juli, data pemerintah menunjukkan. Ekspor negara itu anjlok 14,5 persen untuk tahun ini hingga Juli, penurunan terbesar sejak merebaknya pandemi COVID-19 pada Februari 2020, sementara impor turun 12,4 persen, lebih buruk dari perkiraan.
Sementara itu, keputusan Moody's untuk meninjau beberapa bank besar AS untuk kemungkinan penurunan peringkat dan peringkat utang yang lebih rendah pada beberapa bank kecil dan menengah, juga menambah sentimen penghindaran risiko (risk-off).
Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, naik 0,5 persen menjadi 102,53. Imbal hasil pada obligasi pemerintah AS 10-tahun turun 5 basis poin menjadi 4,035 persen, menurut data FactSet.
Baca Juga
"Meskipun dolar menguat secara luas, emas bertahan dengan baik mengingat semua aksi jual yang memukul komoditas lain. Jika prospek ekonomi global semakin memburuk, emas akan mendapatkan penawaran beli di sini," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA, dalam komentar email.
Investor juga sedang menunggu rilis indeks harga konsumen AS Juli pada Kamis (10/8) dan indeks harga produsen pada Jumat (11/8), untuk petunjuk lintasan suku bunga Federal Reserve selanjutnya.
Penurunan pada data ekonomi China kini menimbulkan efek domino hingga ke harga emas. Pasalnya data menunjukkan impor China pada Juli anjlok hingga 12,4 persen year-on-year (YoY). Hal ini membuat pelaku pasar memburu aset aman (safe haven), tetapi emas tidak menjadi pilihan.