Bisnis.com, JAKARTA — Meningkatnya dorongan implementasi bisnis yang berorientasi pada aspek environment, social, and governance (ESG) menjadi angin segar bagi jasa verifikasi dan validasi. PT Mutuagung Lestari Tbk. atau MUTU International menjadi salah satu yang siap menangkap peluang tersebut misalnya bursa karbon.
Perusahaan yang resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (9/8/2023) dengan kode saham MUTU itu telah merasakan antusiasme pasar sejak masa penawaran. Penawaran saham perdana atau IPO MUTU tercatat mengalami kelebihan permintaan hingga 252 kali.
Antusiasme tersebut berlanjut ke hari pertamanya di bursa. Saham MUTU langsung melesat menyentuh auto reject atas (ARA) dengan kenaikan 34,26 persen atau naik 37 poin menjadi Rp145 dari harga penawaran yang dipatok Rp108 per lembarnya.
“Dari initial pooling, current demand-nya adalah sebesar Rp5 triliun lebih. Harga yang masuk hari ini, kemudian pemesanan kemarin, tentunya menggambarkan kepercayaan pasar terhadap perusahaan kami,” kata Direktur Keuangan dan SDM MUTU International Sumarna dalam konferensi pers setelah pencatatan perdana, Rabu (9/8/2023).
Prospek positif ke depan tecermin pada kinerja MUTU dalam beberapa tahun terakhir. Sumarna mengemukakan perusahaan mencatatkan pendapatan Rp281,82 miliar sepanjang 2022 atau meningkat 24,47 persen dibandingkan dengan 2021 yang berjumlah Rp226,41 miliar.
Segmen pengujian merupakan kontributor pendapatan terbesar dengan nilai Rp96,05 miliar, kemudian disusul bisnis sertifikasi sebesar Rp94,48 miliar dan inspeksi Rp61,23 miliar. Sementara dari sisi bottom line, MUTU mengakumulasi laba tahun berjalan Rp36,78 miliar sepanjang 2022 atau naik 90,38 persen dibandingkan dengan Rp19,32 miliar pada 2021.
Baca Juga
“Penjualan per segmen MUTU dari tahun 2020 sampai dengan tahun 2022 menunjukkan pertumbuhan, di mana produk pengujian dan sertifikasi tumbuh dengan stabil. Selain itu, nilai CAGR [compound annual growth rate] selama 2020 sampai 2022 mencapai 11,87 persen. Untuk tahun ini kami membidik pertumbuhan minimal 30 persen secara tahunan,” kata Sumarna.
Optimisme MUTU bukan tanpa dasar. Nilai pasar bisnis jasa pengujian, inspeksi dan sertifikasi (testing, inspection, and certification) atau TIC di Indonesia saat ini diestimasi baru mencapai Rp20 triliun. Sementara itu, nilai pasar TIC global pada 2027 diperkirakan mencapai US$270 miliar atau sekitar Rp4.000 triliun.
Dengan nilai pasar tersebut, Direktur Operasional MUTU International Irham Budiman mengatakan ruang perkembangan untuk Indonesia masih sangat besar. Saat ini MUTU menjalankan bisnis dengan fokus pada natural resources dan green economy, Sharia economy dan digital economy. MUTU International juga telah melakukan ekspansi dengan melebarkan operasional hingga ke Vietnam, China, dan Jepang, serta telah melayani lebih dari 4.000 pelanggan untuk layanan TIC.
Bergulirnya bursa karbon dalam waktu dekat turut menjadi momentum bagi MUTU untuk mengakselerasi bisnis natural resources dan green economy-nya. Irham mengatakan MUTU International telah secara aktif dilibatkan dalam persiapan pelaksanaan bursa karbon di Tanah Air, terutama dari sisi perdagangan.
“Perdagangan karbon tidak bisa berjalan jika tidak ada lembaga verifikasi dan validasi. Kami sendiri sudah siap sejak 2015 untuk perdagangan karbon untuk berbagai skema, seperti ISCC [International Sustainability and Carbon Certification],” kata Irham pada kesempatan yang sama.
MUTU telah memfasilitasi penerbitan ratusan sertifikat dengan skema ISCC untuk perdagangan dengan negara-negara Eropa. Hal ini sejalan dengan status MUTU sebagai Lembaga Validasi dan Verifikasi (LVV) Gas Rumah Kaca (GRK) yang terakreditasi Komite Akreditasi Nasional (KAN), dan menjadi LVV pertama yang terdaftar di Sistem Registrasi Nasional (SRN).
Dari sayap bisnisnya, MUTU International memiliki Xuzhou Mutu EPTS Co, Ltd. Anak usaha yang 100 persen sahamnya dimiliki langsung oleh MUTU International tersebut beroperasi di bidang layanan pemantauan polusi udara serta layanan inspeksi dan sertifikasi. MUTU juga mengoperasikan laboratorium batu bara yang menyumbang pendapatan Rp8,32 miliar pada 2022 lalu.
Presiden Direktur MUTU International Arifin Lambaga mengatakan bahwa IPO menjadi momentum yang tepat bagi MUTU untuk menjadi perusahaan TIC berbasis ESG terkemuka yang transparan, akuntabel, dan dapat dipertanggungjawabkan kepada seluruh investor, masyarakat maupun stakeholder.
“Momentum ini membawa MUTU memasuki babak baru dalam industri TIC Tanah Air. MUTU siap menjadi salah satu perusahaan TIC yang dapat diandalkan tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di tingkat internasional,” kata Arifin.
MUTU berhasil meraup dana IPO dengan nilai total Rp101,82 miliar. Mereka berencana menggunakan sebesar 66 persen atau sekitar Rp67,20 miliar dari dana yang diperoleh untuk belanja modal guna mengembangkan laboratorium yang sudah ada maupun laboratorium baru.
Sedangkan 34 persen sisanya atau sebesar Rp34,62 miliar dan ditambah dengan seluruh dana hasil pelaksanaan waran sebesar Rp76,37 miliar akan digunakan untuk keperluan belanja operasional yang mencakup biaya pengadaan bahan baku, biaya operasional, biaya pemasaran, termasuk biaya umum dan administrasi.