Bisnis.com, JAKARTA - Emiten batu bara, PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) menargetkan penjualan batu bara 62 juta-64 juta ton pada 2023 seiring dengan moncernya kinerja operasional pada semester I/2023.
Adaro dalam laporannya menyebutkan volume produksi batu bara ADRO dan perusahaan-perusahaan anaknya (Grup Adaro) mencapai 33,41 juta ton pada semester I/2023, naik 19 persen dari 28,02 juta ton pada semester I/2022. Volume penjualan batu bara Adaro pada semester I/2023 mencapai 32,62 juta ton, naik 19 persen dari sebelumnya 27,50 juta ton.
Indonesia tetap merupakan pasar terbesar Grup Adaro, dengan meliputi sekitar 25 persen dari penjualan batu bara termalnya di semester I/2023. Meskipun secara kuartalan penjualan ke pasar domestik dapat berfluktuasi, kontrak Grup Adaro yang berperiode tahunan membuat perusahaan tetap dapat mempertahankan target untuk berkontribusi pada pasar domestik dengan porsi lebih dari 25 persen.
Perincian pasar batu bara termal Adaro pada semester I/2023 adalah Indonesia 25 persen, China 23 persen, Asia Tenggara 23 persen, Asia Timur Laut 19 persen, dan India 11 persen.
"ADRO siap mencapai target volume penjualan batu bara pada 2023 yang berkisar 62 juta–64 juta ton," papar Presiden Direktur dan Chief Executive Officer ADRO Garibaldi Thohir dalam siaran pers, Rabu (9/8/2023).
Dengan target tersebut, Adaro menjadi produsen batu bara kedua terbesar di Indonesia, setelah PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) yang menargetkan produksi-penjualan batu bara sekitar 80 juta ton pada 2023.
Baca Juga
Garibaldi yang akrab disapa Boy Thohir menyampaikan pencapaian perusahaan pada semester I/2023 memposisikan Adaro untuk mencapai target tahun 2023 maupun pertumbuhan bisnis berkelanjutan di jangka panjang. Di tengah pasar yang fluktuatif, permintaan untuk produk ADRO tetap tinggi.
Lebih lanjut, pemenuhan pembiayaan yang diperoleh untuk smelter aluminium maupun fasilitas pendukung terkait adalah peristiwa signifikan dalam ekspansi bisnis Adaro ke sektor pengolahan mineral.
ADRO melalui PT Adaro Minerals Indonesia Tbk. (ADMR) memperoleh pembiayaan untuk pengembangan proyek smelter aluminium dengan berkapasitas 500.000 ton per tahun yang berlokasi di kawasan industri yang sedang dikembangkan oleh PT Kalimantan Industrial Park Indonesia, di Kalimantan Utara, Indonesia. Proyek smelter digarap oleh PT Kalimantan Aluminium Industry (KAI), anak usaha ADMR.
Adaro mendapatkan pemenuhan pembiayaan (financial close) untuk smelter aluminium dan fasilitas pendukung terkait pada bulan Mei 2023, dengan perolehan total US$1,58 miliar dan Rp2,5 triliun.
Pada kuartal II/2023, KAI merampungkan persiapan lahan, pekerjaan tanah, dan konstruksi jeti sementara. KAI juga melanjutkan pembangunan mess sementara untuk karyawan dan fasilitas infrastruktur lainnya.
“Kami mengupayakan keseimbangan yang optimal antara pengembalian pemegang saham dan ekspansi bisnis. Pada kuartal ini kami memperpanjang program pembelian kembali saham dengan tetap mempertahankan komitmen terhadap dividen,” jelas Boy Thohir.
Sementara itu, penjualan batu bara metalurgi melalui perusahaan anak ADMR juga naik 42 persen menjadi 1,82 juta ton pada semester I/2023. ADMR mempertahankan target volume penjualan pada kisaran 3,8 juta–4,3 juta ton pada 2023.
Grup Adaro mencatatkan engupasan lapisan penutup mencapai 129,83 juta bank cubic meter (bcm) pada semester I/2023, naik 27 persen dari semester I/2022 sebesar 129,83 juta bcm.
Nisbah kupas tercatat 3,89 kali, atau naik 7 persen dari semester I/2022 3,64 kali dan sejalan dengan target sebesar 4,2 kali yang ditetapkan untuk 2023.