Bisnis.com, JAKRTA - Emiten menara PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) membatalkan rencana perpanjangan masa pembelian kembali 1,13 miliar saham atau buyback saham, hari ini, Jumat (4/8/2023).
Direktur TBIG Helmy Yusman Santoso dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) mengatakan TBIG membatalkan surat perseroan No. 563/TBG-TBI-00/FIN/05/VIII/2023 tanggal 3 Agustus 2023.
"Dengan telah diterbitkannya Peraturan OJK Nomor 13 tahun 2023 tentang Kebijakan dalam Menjaga Kinerja dan Stabilitas Pasar Modal pada Kondisi Pasar yang Berfluktuasi secara Signifikan, bersama ini TBIG membatalkan surat perseroan No. 563/TBG-TBI-00/FIN/05/VIII/2023 tanggal 3 Agustus 2023 perihal Laporan Informasi atau Fakta Material terkait Rencana perpanjangan pertama periode pembelian kembali saham TBIG," ujar Helmy, Jumat (4/8/2023).
Sebagaimana diketahui, sehari sebelumnya TBIG mengeluarkan keterbukaan informasi untuk melakukan perpanjangan buyback saham selama 3 bulan. Perpanjangan tersebut dilakukan karena akan berakhirnya periode buyback saham TBIG pada 3 Agustus 2023.
"Masih terdapat sejumlah saham yang dapat dibeli kembali oleh TBIG dari rencana pembelian sebanyak-banyaknya 1,13 miliar saham," ucap Helmy sebelumnya.
Dia melanjutkan, sampai Kamis (3/8/2023), TBIG telah membeli kembali sebanyak 102,04 juta saham. Awalnya, perpanjangan pembelian kembali saham TBIG ini akan dilakukan mulai 4 Agustus hingga 3 November 2023.
Baca Juga
TBIG yakin pelaksanaan buyback pada periode perpanjangan tidak akan berpengaruh terhadap pendapatan TBIG. Hal ini mengingat TBIG memiliki sumber pendanaan yang cukup untuk melakukan buyback, bersamaan dengan menjalankan kegiatan usaha TBIG, termasuk kebutuhan belanja modal.
Pembelian kembali saham TBIG pada periode perpanjangan semula akan dilakukan dengan harga yang dianggap baik dan wajar oleh TBIG, dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku.
Buyback saham TBIG ini akan dilakukan melalui perdagangan di Bursa Efek Indonesia. TBIG sebelumnya telah menunjuk PT Ciptadana Sekuritas Asia untuk melakukan pembelian kembali saham TBIG pada periode perpanjangan, dengan memperhatikan peraturan perundangan yang berlaku.
Berdasarkan laporan keuangan semester I/2023, TBIG mencatatkan pendapatan senilai Rp3,27 triliun di semester I/2023, turun 0,72 persen dari Rp3,3 triliun dibandingkan semester I/2022. Sementara itu, EBITDA TBIG tercatat sebesar Rp2,84 triliun untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2023.
Turunnya pendapatan TBIG membuat beban pokok pendapatan TBIG ikut turun 16,32 persen menjadi Rp773,2 miliar, dari Rp924 miliar secara tahunan atau year on year.
Meski pendapatan turun, beban pokok pendapatan yang ikut turun membuat laba kotor TBIG naik 5,34 persen dari Rp2,37 triliun di semester I/2022, menjadi Rp2,5 triliun di semester I/2023.
Akan tetapi, laba bersih yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk TBIG tergerus 16,63 persen menjadi Rp688,79 miliar, dari Rp826,14 miliar secara tahunan.
TBIG menyampaikan hingga 30 Juni 2023 memiliki 41.428 penyewaan dan 22.136 sites telekomunikasi. Sites telekomunikasi milik TBIG terdiri dari 22.026 menara telekomunikasi dan 110 jaringan DAS.
Dengan angka total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 41.318, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) TBIG menjadi 1,88x.
Chief Executive Offcier (CEO) TBIG Hardi Wijaya Liong dalam keterangan resminya mengatakan dengan senang hati pihaknya melaporkan semester yang kuat untuk pertumbuhan organik, dengan penambahan 1.605 penyewaan kotor yang terdiri dari 347 sites telekomunikasi dan 1.258 kolokasi.
"Penambahan penyewaan bersih dari Group lebih rendah untuk semester ini, terutama karena beberapa penyewaan yang habis masa sewanya tidak diperpanjang oleh IOH karena mereka mengkonfigurasi ulang jaringan mereka setelah merger antara Indosat dan Hutchison 3 Indonesia,” kata Hardi, Selasa (1/8/2023).
Per 30 Juni 2023, total pinjaman kotor (gross debt) TBIG, jika bagian pinjaman dalam mata uang dolar Amerika Serikat yang telah dilindung nilai diukur dengan menggunakan kurs lindung nilainya, adalah sebesar Rp26,9 triliun, dan total pinjaman senior (gross senior debt) sebesar Rp3,73 triliun.
Dengan saldo kas yang mencapai Rp909 miliar, maka total pinjaman bersih (net debt) menjadi Rp26 triliun dan total pinjaman senior bersih (net senior debt) TBIG menjadi Rp2,82 triliun.
Menggunakan EBITDA kuartal kedua 2023 yang disetahunkan, rasio pinjaman bersih terhadap EBITDA adalah 4,5x.
“Dengan senang hati kami umumkan bahwa kami telah menghimpun Rp1,5 triliun dari Program Obligasi VI baru senilai Rp20 triliun dengan harga yang kompetitif, dengan bunga 5,90 persen untuk tenor 370 hari dan 6,25 persen untuk tenor tiga tahun. Kami berharap dapat terus mengakses pasar obligasi Rupiah,” ujar Chief Financial Officer TBIG Helmy Yusman Santoso.