Bisnis.com, JAKARTA – Emiten tambang nikel PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL) atau Harita Nickel membukukan kenaikan pendapatan semester I/2023 disebabkan oleh kenaikan penjualan MHP dan feronikel.
MHP merupakan mixed hydroxide precipitate yang berasal dari nikel limonit kadar rendah. MHP dapat diolah lebih lanjut menjadi nikel sulfat dan kobalt sulfat untuk bahan baku baterai kendaraan listrik.
Corporate Secretary NCKL Franssoka menyampaian NCKL mencatatkan pendapatan dari kontrak dengan pelanggan sebesar Rp10,24 triliun pada semester I/2023. Angka ini naik 88,74 persen dibandingkan dengan pendapatan sepanjang semester I/2022 sebesar Rp5,42 triliun.
"Peningkatan tersebut disebabkan oleh peningkatan kapasitas produksi secara berkelanjutan baik dari lini produksi HPAL maupun lini produksi RKEF," jelasnya dalam siaran pers, Rabu (2/8/2023).
Secara lebih rinci, lini produksi refinery High Pressure Acid Leach (HPAL), NCKL mencatatkan kenaikan penjualan MHP dari 19.588 ton kandungan nikel di semester pertama tahun 2022 menjadi sebesar 23.969 ton kandungan nikel di semester pertama tahun 2023, atau bertumbuh sebesar 22 persen.
Perseroan juga membukukan kenaikan volume penjualan feronikel menjadi 37.756 ton kandungan nikel di semester pertama tahun 2023, atau naik 171 persen dari 13.910 ton kandungan nikel di semester pertama tahun 2022.
Baca Juga
NCKL memproses MHP menjadi produk turunan lebih lanjut berupa Nikel Sulfat dan Kobalt Sulfat, yang merupakan bahan baku utama untuk pembuatan ternary precursor, yang diperlukan dalam pembuatan baterai kendaraan listrik berbasis nikel.
Pabrik Nikel Sulfat telah berproduksi secara komersial dengan kapasitas produksi sebesar 240.000 ton Nikel Sulfat per tahun sedangkan unit Kobalt Sulfat sedang dalam proses uji coba produksi. NCKL telah melakukan ekspor perdana Nikel Sulfat sejumlah 5.800 ton Nikel Sulfat pada akhir semester pertama tahun 2023.
“Walaupun harga nikel secara global melemah sejak akhir tahun 2022, Perseroan berhasil membukukan laba bruto sebesar Rp 3,5 triliun, atau naik sebesar 17 persen dibandingkan dengan Rp3,0 triliun di semester pertama tahun 2022,” jelasnya.
Laba usaha juga meningkat sebesar 13 persen menjadi Rp3,07 triliun dari Rp2,71 triliun di semester pertama tahun 2022. Sedangkan, laba periode berjalan meningkat 2 persen menjadi Rp 3,21 triliun dari Rp 3,16 triliun di semester pertama tahun 2022.
Meski pendapatan dan laba kotor melambung, laba bersih yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk turun menjadi Rp2,74 triliun. Laba tersebut turun 14,65 persen dibandingkan dengan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp3,21 triliun.
Harita Nickel mampu mencatatkan laba bersih pemilik entitas induk sebesar Rp1,38 triliun di kuartal kedua tahun 2023, naik dibandingkan Rp1,37 triliun di kuartal pertama tahun 2023. Di semester pertama tahun 2023, NCKL mencatatkan laba bersih pemilik entitas induk sebesar Rp 2,75 triliun.
Dari sisi produksi, NCKL menargetkan produksi sebesar 50.000–52.000 ton kandungan nikel untuk produk MHP dan 90.000 ton kandungan nikel untuk produk feronikel di tahun 2023. NCKL juga mempunyai rencana untuk mengkonversi sebagian produk MHP menjadi nikel suflat dan kobalt sulfat di tahun 2023.