Bisnis.com, JAKARTA - Emiten menara PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau Mitratel diproyeksi mampu mengantongi laba Rp2 triliun di akhir tahun 2023, setelah mencetak laba bersih Rp1,02 triliun di paruh pertama 2023.
Analis IndoPremier Sekuritas Giovanni Dustin mengatakan kinerja keuangan MTEL di sepanjang 2023 telah sejalan dengan ekspektasi pelaku pasar.
“MTEL mencatatkan laba bersih Rp1 triliun atau naik 15 persen yoy di semester I/2023, sejalan dengan proyeksi kami atau konsensus 48 persen,” tulis Giovanni dalam catatan singkatnya.
Sementara itu, sekuritas lainnya Morgan Stanley dalam laporan riset terbarunya memperkirakan laba bersih MTEL mampu menembus Rp2,05 triliun atau tumbuh 15 persen yoy. Senada dengan Morgan Stanley, Trimegah Sekuritas yang merupakan broker lokal juga memproyeksi laba bersih tembus Rp2,05 triliun.
Sementara itu, BCA Sekuritas memprediksi laba bersih MTEL untuk tahun 2023 bakal mencapai Rp2,09 triliun. Adapun IndoPremier Sekuritas dan CGS-CIMB Sekuritas masing-masing melihat laba bersih MTEL dapat menembus Rp2,11 triliun dan Rp2,13 triliun, tumbuh 17 persen-18 persen dari tahun lalu.
Dari lima sekuritas tersebut, kompak optimistis kinerja keuangan MTEL masih berpotensi tumbuh lebih dari 10 persen di tahun 2023 ini.
Baca Juga
Perolehan laba bersih MTEL di paruh pertama terutama didongkrak oleh kenaikan revenue dan efisiensi operasional yang membuat beban perseroan tumbuh lebih rendah dari pendapatan.
Pendapatan MTEL naik 10,8 persen yoy mencapai Rp4,1 triliun, terutama disebabkan karena adanya tambahan tenant selama tahun 2023 ini sebanyak 2.712 tenant, sehingga kontribusi pendapatan dari segmen bisnis tower mencapai 84 persen dari total pendapatan.
Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko menjelaskan pencapaian kinerja semester I/2023 merupakan hasil dari ekspansi yang digelar beberapa tahun terakhir.
Sejak sebelum IPO pada November 2021, MTEL mengakuisisi ribuan menara, memperluas jaringan fiber optik dan meningkatkan bisnis pendukung. Ekspansi ini dilakukan serentak terutama di luar pulau Jawa.
“Kami melakukan ekspansi sejalan dengan pergerakan pelaku industri operator telekomunikasi yang agresif bergerak ke luar Jawa. Permintaan di luar pulau Jawa akan terus meningkat, dipacu oleh pertumbuhan dan pemerataan ekonomi. Sekarang kami menikmati musim panen dari strategi yang kami lakukan sebelumnya,” ujar Theodorus yang akrab disapa Teddy dalam keterangan resminya, Selasa (2/8/2023).
Teddy menjelaskan tantangan pelaku industri menara ke depan adalah kemampuan monetisasi aset dan memberikan nilai tambah bagi pelanggan. Dari sini MTEL dapat meningkatkan pendapatan dengan beban biaya relatif lebih rendah karena mengoptimalkan potensi aset eksisting.
“Banyak investor bertanya, dengan jumlah penguasaan menara dan serat optik seperti saat ini, apakah MTEL akan tetap tumbuh. Jawabannya, ruang pertumbuhan masih terbuka lebar. Fokus kami saat ini adalah monetisasi bisnis, optimalisasi aset dan meningkatkan kualitas pelayanan. Ini akan menjadi titik baru pertumbuhan bisnis Mitratel,” ujarnya.
Adapun mengenai monetisasi, Teddy menjelaskan MTEL bisa mendulang pendapatan baru dari menara eksisting dengan menambah produk layanan. Hal yang sama juga terjadi pada bisnis serat optik.
“Jadi, pelanggan kami saat ini terbiasa memesan jasa dalam satu paket, yakni jasa sewa tower dan sewa power. Jadi bisnis kami tidak lagi sekedar sewa menara. Monetisasi ini akan terus berlanjut ke peluang bisnis lain, terutama ketika permintaan pelanggan terhadap layanan 5G terus meningkat,” ucap Teddy.