Bisnis.com, JAKARTA – Emiten farmasi PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) mencatatkan pertumbuhan penjualan neto sebesar 9,4 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), namun laba bersih turun 6,6 persen pada semester I/2023.
Berdasarkan laporan keuangan unaudited, dikutip Selasa (1/7/2023), Kalbe membukukan penjualan neto Rp15,18 triliun sepanjang Januari-Juni 2023, naik 9,4 persen dibandingkan periode sama tahun lalu Rp13,87 triliun.
Penyumbang utama pendapatan KLBF adalah distribusi dan logistik sebesar Rp5,31 triliun, diikuti nutrisi Rp3,76 triliun, obat resep Rp3,47 triliun dan produk kesehatan Rp1,72 triliun. Adapun, penjualan ekspor berkontribusi sebesar Rp921,53 miliar hingga semester I/2023.
Saat penjualan turun, beban pokok penjualan KLBF justru naik 11,47 persen menjadi Rp9 triliun pada semester I/2023, dari periode sama tahun lalu Rp9,07 triliun.
Sementara itu laba sebelum beban pajak penghasilan KLBF menyusut 9,18 persen menjadi Rp1,93 triliun dari sebelumnya Rp2,13 triliun. Alhasil, laba periode tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk ikut turun 6,6 persen dari Rp1,63 triliun menjadi Rp1,52 triliun hingga semester I/2023.
Sebelumnya, Presiden Direktur Kalbe Farma Vidjongtius mengatakan KLBF menghadapi 2023 dengan optimistis, tetapi dengan tetap berhati-hati. Meskipun industri farmasi dan kesehatan masih menghadapi tantangan ketidakpastian, dia meyakini peluang pengembangan tetap terbuka seiring dengan besarnya potensi inovasi.
Baca Juga
“Terlebih dengan kebijakan TKDN [tingkat kandungan dalam negeri]. Kami siap melakukan investasi untuk meningkatkan kontribusi bahan baku dan produk domestik sehingga ketergantungan impor bisa dikurangi,” kata Vidjongtius dalam konferensi pers, Rabu (3/5/2023).
Kalbe Farma mengalokasikan belanja modal sebesar Rp1 triliun pada 2023. Vidjongtius mengatakan dana tersebut akan digunakan untuk peningkatan kapasitas produksi, perluasan jaringan distribusi, dan inovasi riset dan pengembangan.