Bisnis.com, DENPASAR – Direktur Utama PT Hatten Bali Tbk (WINE), Ida Bagus Rai Budarsa membeberkan dampak positif initial public offering (IPO) terhadap perusahaan.
Rai menjelaskan sejak melantai di bursa, perusahaan dituntut menerapkan Good Corporate Government (GCG) yang membutuhkan sistem kerja dengan standar tinggi, dan membutuhkan sumber daya manusia dengan kualitas tinggi. Setelah menerapkan standar kerja yang tinggi dan terbuka, dampak positifnya mulai terlihat, mulai dari terjaganya keberlangsungan bisnis atau sustainability.
Dampak positif lainnya adalah ekosistem SDM perusahaan mampu beradaptasi dengan budaya transparansi bagi perusahaan terbuka. Kualitas ini tidak hanya terjadi di internal perusahaan melainkan menyebar hingga ekosistem seperti petani di lapangan yang menerapkan standar tinggi dalam menghasilkan anggur berkualitas tinggi hingga menjadi produk wine unggulan.
“Menawarkan saham terhadap public menjadi bukti bahwa Hatten Wines memiliki etos kerja sangat baik dalam hal SDM sekaligus pada saat yang sama momennya sangat tepat dengan dengan bangkitnya pariwisata Bali. Menjadi bukti bahwa kami perusahaan di daerah pun mampu bersaing di level nasional karena memiliki kualitas sama dengan perusahaan nasional,” ujarnya ditemui di Kuta belum lama ini.
SDM berkualitas tinggi itulah yang kemudian sangat membantu dalam proses menjadi perusahaan terbuka dan bisa bersaing secara dengan produsen wine dari luar negeri. Standar tinggi itu pula yang kemudian membantu proses penawaran saham perdana (IPO), hingga lancar dan melantai di bursa Indonesia.
Gus Rai mendorong perusahaan-perusahaan untuk memanfaatkan pasar modal sebagai alternatif sumber pendanaan. Dengan menjadi perusahaan terbuka, budaya perusahaan menjadi lebih transparan serta diawasi oleh berbagai pihak sehingga akan mendorong manajemen bekerja secara hati-hati karena tanggung jawab terhadap masyarakat banyak. Berkaca dari pengalaman Hatten Wines, sebelum menawarkan saham kepada masyarakat agar terlebih dulu mempersiapkan perusahaan.
Baca Juga
Salah satu persiapan yang wajib dilakukan oleh manajemen perusahaan adalah menyiapkan tim internal dan melibatkan sejumlah profesi penunjang seperti Penjamin Emisi Efek (Underwriter) dan Biro Administrasi Efek (BAE), auditor, konsultan hukum serta notaris. Keberadaan konsultan hukum juga mutlak dipenuhi dikarenakan persiapan untuk IPO membutuhkan waktu sangat intens dan banyak administrasi yang harus dipenuhi. Hal itu bisa dipahami karena nantinya perusahaan akan dimiliki oleh masyarakat sehingga harus dapat dipertanggungjawabkan keberadaanya.
“Ada banyak tantangan bagi perusahaan pada saat ini, tetapi dengan menjadi perusahaan IPO dapat membantu manajemen dalam hal pengawasan hingga potensi susahnya mendapatkan generasi yang dapat melanjutkan keberlangsungan perusahaan secara berkelanjutan,” ujarnya.