Bisnis.com, JAKARTA — Emiten produsen Tolak Angin, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO) berhasil mempertahankan laba bersih hingga pengujung semester I/2023. Meski demikian, kinerja pada periode kuartal II/2023 cenderung turun daripada kuartal pertama 2023.
Selama April—Juni 2023, SIDO mengantongi penjualan bersih sebesar Rp746,49 miliar atau turun 17,72 persen dibandingkan dengan kuartal I/2023 sebesar Rp907,30 miliar. Sementara itu, bottom line juga terkoreksi sebesar 50,77 persen dari Rp300,27 miliar pada tiga bulan pertama 2023 menjadi hanya Rp147,82 miliar pada April—Juni 2023.
Secara kumulatif semester I/2023, penjualan bersih naik sebesar 2,59 persen year-on-year (YoY) dari Rp1,61 triliun menjadi Rp1,65 triliun.
Segmen jamu herbal dan suplemen sebagai kontributor utama menyumbang Rp1,0 triliun, sementara segmen makanan dan minuman sebesar Rp595,19 miliar. Adapun segmen farmasi berkontribusi Rp55,15 miliar atau turun daripada semester I/2022 yang sempat menyentuh Rp78,54 miliar.
Direktur Sido Muncul Leonard mengemukakan jumlah hari libur yang panjang pada kuartal kedua 2023 menjadi penyebab penjualan tidak setinggi kuartal I/2023.
“Pada April, efektif hari untuk distribusi hanyalah dua minggu saja,” kata Leonard kepada Bisnis, Rabu (26/7/2023).
Baca Juga
Selain itu, Leonard mengatakan daya beli masyarakat juga cenderung mengalami penurunan, terutama untuk kelompok pendapatan menengah ke bawah. SIDO melihat penurunan daya beli ini disebabkan oleh kenaikan harga kebutuhan pokok, seperti makanan dan transportasi.
“Ini cukup tinggi kenaikannya dan membuat masyarakat lebih berhati-hati dalam membelanjakan uangnya. Masyarakat untuk kelompok pendapatan menengah ke bawah cenderung fokus dalam pemenuhan kebutuhan pokoknya terlebih dahulu,” terangnya.
Leonard menambahkan bahwa Sido Muncul masih menganalisis perkembangan kondisi perekonomian pada paruh kedua. Dia menilai pertumbuhan daya beli belumlah terlalu signifikan dan dampak Pemilihan Umum 2024 berpotensi baru dirasakan SIDO pada akhir 2023.
“Saat ini [daya beli] masih cenderung sama belum ada kenaikan yang signifikan. Pemilu potensi menjadi salah satu katalis positif, tetapi mungkin baru akan mulai di kuartal keempat,” katanya.