Bisnis.com, JAKARTA — Emiten produsen Tolak Angin, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO) membukukan kenaikan laba dan penjualan sepanjang semester I/2023. Namun, kinerja Sido Muncul turun secara kuartalan.
Sepanjang Januari—Juni 2023, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp448,10 miliar atau naik 0,56 persen secara tahunan dibandingkan dengan Rp445,59 miliar pada semester I/2022.
Kenaikan laba bersih ini ditopang oleh pertumbuhan kumulatif penjualan selama semester I/2023. Selama periode ini, penjualan bersih naik sebesar 2,59 persen year-on-year (YoY) dari Rp1,61 triliun menjadi Rp1,65 triliun.
Segmen jamu herbal dan suplemen sebagai kontributor utama menyumbang Rp1,0 triliun, sementara segmen makanan dan minuman sebesar Rp595,19 miliar. Adapun segmen farmasi berkontribusi Rp55,15 miliar atau turun daripada semester I/2022 yang sempat menyentuh Rp78,54 miliar.
Meskipun kinerja penjualan dan laba tumbuh sepanjang paruh pertama 2023, capaian SIDO pada kuartal II/2023 tercatat menurun daripada kuartal I/2023.
Selama April—Juni 2023, penjualan bersih SIDO hanyalah sebesar Rp746,49 miliar atau turun 17,72 persen dibandingkan dengan kuartal I/2023 sebesar Rp907,30 miliar. Bottom line juga terkoreksi sebesar 50,77 persen dari Rp300,27 miliar pada tiga bulan pertama 2023 menjadi hanya Rp147,82 miliar pada April—Juni 2023.
Baca Juga
Hingga akhir Juni 2023, total liabilitas SIDO berjumlah Rp300,39 miliar atau turun 47,85 persen dibandingkan dengan posisi akhir Desember 2022 sebesar Rp575,96 miliar.
Direktur Sido Muncul Leonard menjelaskan penurunan ini dipicu oleh berkurangnya utang usaha sebesar 49 persen menjadi Rp106,11 miliar karena pembelian di akhir Juni 2023 lebih sedikit daripada akhir 2022.
Sido Muncul juga melaporkan turunnya utang pajak sebesar 50 persen menjadi Rp82,12 miliar. Ada pula penurunan beban akrual sebesar 72,3 persen dari Rp132,10 miliar pada 31 Desember 2022 menjadi Rp36,64 miliar.
“Penurunan beban akrual disebabkan oleh penurunan biaya iklan dan promosi pada Juni 2023 dan pembayaran tunjangan hari raya dan bonus pada April 2023,” kata Leonard dalam laporannya.
Adapun total aset SIDO turun dari Rp4,08 triliun pada akhir 2022 menjadi Rp3,56 triliun per 30 Juni 2023. Penurunan terutama disebabkan oleh berkurangnya aset lancar berupa kas dan setara kas dari Rp923,04 miliar menjadi Rp452,21 miliar.
Kemudian, ekuitas SIDO tercatat sebesar Rp3,22 triliun atau turun dari Rp3,50 triliun pada akhir 2022.
Sementara itu, saham SIDO tercatat masih bertahan di Indeks LQ45. Bursa Efek Indonesia (BEI) telah melakukan evaluasi atas sejumlah indeks, termasuk Indeks LQ45. Penerapan indeks baru berlaku pada Agustus 2023 sampai dengan Januari 2024.