Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Merger dan Akuisisi Hiasi Pasar Modal Indonesia di Tahun Pemilu

BRI Danareksa Sekuritas memandang aksi merger dan akuisisi akan menjadi tren yang terus berlanjut, terutama untuk mendukung kinerja perusahaan.
Pegawai mengamati layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (27/10/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai mengamati layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (27/10/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Aksi merger dan akuisisi diperkirakan masih akan menghiasi pasar modal Indonesia pada semester II/2023. Meski demikian, perusahaan diperkirakan dapat melakukan wait and see untuk melakukan konsolidasi bisnis ini menjelang Pemilu.

Direktur Utama BRI Danareksa Sekuritas Laksono Widodo mengatakan merger dan akuisisi merupakan tren yang akan terus berlanjut, terutama untuk terus mendukung pertumbuhan kinerja perusahaan secara berkelanjutan. Laksono melihat aksi korporasi ini akan terus berlanjut ke depannya. 

"Pada semester II/2023, diprediksi akan tetap ada merger dan akuisisi, tetapi lebih banyak proses kelanjutan merger dan akuisisi yang sudah berjalan dari semester sebelumnya," kata Laksono kepada Bisnis, Selasa (25/7/2023). 

Dia melanjutkan, menjelang Pemilu, tentunya akan ada periode wait and see untuk aksi korporasi ini. Laksono melihat periode politik akan membuat naiknya faktor risiko stabilitas, terutama dari sisi policy continuity pemerintahan saat ini. 

Adapun hingga Selasa (25/7/2023), Bisnis mencatat setidaknya terjadi 19 transaksi merger dan akuisisi, yang didominasi oleh aksi akuisisi. Nilai dari transaksi tersebut mencapai sekitar Rp31,9 triliun. 

Nilai aksi merger dan akuisisi terbesar dilakukan oleh PT United Tractors Tbk. (UNTR) yang mengakuisisi 19,9 persen saham Nickel Industries Limited senilai Rp9,38 triliun belum lama ini. Selain UNTR, terdapat beberapa perusahaan tambang yang juga melakukan aksi akuisisi seperti PT Petrosea Tbk. (PTRO), PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk. (BIPI), PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA), dan PT Central Omega Resources Tbk. (DKFT).

Laksono memandang merger dan akuisisi di sektor tambang, terutama tambang batu bara, diperlukan untuk terus memperkuat diversifikasi bisnis di luar dari sektor batu bara.

Adapun grup konglomerasi teraktif yang melakukan aksi akuisisi adalah PT Astra International Tbk. (ASII), disusul oleh PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA).

Di sisi lain, transaksi merger atau penggabungan baru dilakukan oleh PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM), yang menggabungkan unit usahanya PT Telekomunikasi Selular atau Telkomsel dengan IndiHome. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper