Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,04 persen atau 2,42 poin ke level 6.867,14 pada perdagangan Senin (17/7/2023). IHSG tercatat bergerak menguat sepanjang hari, tetapi bergerak ke zona merah menjelang penutupan.
Saham pendatang baru seperti TGUK, WIDI, hingga NYAZ menjadi saham dengan penurunan paling dalam hari ini. Begitu pula saham bank dengan kapitalisasi pasar besar seperti BBCA dan BMRI yang melemah.
Berdasarkan data Bloomberg, sebanyak 281 saham menguat, 258 saham melemah, dan 202 saham stagnan hari ini. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak pada kisaran 6.867,14-6.931,27. Kapitalisasi pasar tercatat turun menjadi Rp9.939,31 triliun.
Saham emiten minuman boba PT Platinum Wahab Nusantara Tbk. (TGUK) menjadi saham dengan penurunan paling dalam, yakni 14,39 persen ke level Rp119 per saham. Menyusul di belakangnya saham PT Widiant Jaya Krenindo Tbk. (WIDI) yang turun 9,26 persen ke level Rp98 dan PT Hassana Boga Sejahtera Tbk. (NAYZ) yang turun 8,51 persen ke level Rp43.
Selain dua saham tersebut, saham bank berkapitalisasi pasar besar seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) juga melemah 0,27 persen ke level Rp9.175 per saham dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) turun 0,46 persen ke level Rp5.375 per saham.
Sebelumnya, Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan mengatakan resistance IHSG akan berada pada level 6.880, dengan support di level 6.780 hari ini.
Baca Juga
"IHSG berpotensi rawan koreksi dan kembali uji pivot area 6.800-6.830 besok. Secara teknikal, Stochastic RSI sudah berada di overbough area dan penguatan IHSG di Jumat tidak didukung dengan kenaikan volume yang signifikan," ujar Valdy dalam risetnya, dikutip Minggu (16/7/2023).
Menurutnya, sentimen terhadap IHSG berasal dari perilisan sejumlah data ekonomi. Amerika Serikat merilis data U.S. Michigan Consumer Sentimen yang sebesar 72,6 di Juni 2023, lebih tinggi dari proyeksi sebesar 65,5.
Sementara itu, dari dalam negeri, pasar akan mengawasi realisasi nilai ekspor dan impor Indonesia di Juni 2023 (17/7/2023). Ekspor diperkirakan terkontraksi 18,65 persen yoy dan impor terkontraksi 7,75 persen yoy di Juni 2023. Hal ini merupakan dampak dari perlambatan ekonomi dari sejumlah negara yang bermitra dengan Indonesia.