Bisnis.com, JAKARTA – PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) akan memacu kinerja bisnisnya pada paruh kedua tahun ini guna dapat mempertahankan kontribusi dividen pada pemegang saham untuk tahun depan, setelah hari ini perseroan resmi menyalurkan dividen Rp1,91 triliun kepada semua investornya.
Antam dijadwalkan membagikan dividen kepada pada investor sebesar Rp1,91 triliun atau Rp79,5 per saham pada hari ini, Jumat (14/7/2023). Pembagian dividen senilai 50 persen dari laba tahun buku 2022 itu telah disetujui dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) Kamis (15/6/2023).
Investor yang berhak mendapatkan guyuran dividen tersebut adalah pemegang saham yang tercatat telah memiliki saham ANTM paling lambat tanggal 23 Juni 2023. Tanggal tersebut merupakan cum dividend atas jadwal pembayaran dividen saham ANTM.
Sebelumnya, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Antam, Elisabeth Siahaan, menyampaikan bahwa sisa laba yang ditahan sebesar 50 persen secara umum ditujukan untuk kekuatan permodalan Antam dan untuk mendanai proyek-proyek yang sedang berjalan.
Berita tentang prospek kinerja Antam menjadi salah satu berita pilihan BisnisIndonesia.id hari ini, Sabtu (15/7/2023). Selain berita tersebut, beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik juga tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id. Berikut ulasannya:
Baca Juga
Pantang Kendur Ekspansi Manufaktur
Bank Indonesia (BI) melaporkan kinerja lapangan usaha industri pengolahan semakin berekspansi pada kuartal II/2023. Akselerasi manufaktur diperkirakan berlanjut pada kuartal berikutnya.
Bank Indonesia dalam laporan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), industri pengolahan yang semakin ekspansi pada kuartal kedua 2023 tecermin dari Prompt Manufacturing Index (PMI) sebesar Rp52,39%, lebih tinggi dari angka pada kuartal sebelumnya di level 50,75%.
Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan bahwa peningkatan terjadi pada seluruh komponen pembentuk PMI-BI terutama volume produksi, volume pesanan, dan volume persediaan barang jadi yang berada dalam fase ekspansi (indeks>50).
"Adapun komponen penerimaan barang pesanan input dan total jumlah tenaga kerja tercatat membaik, meski masih dalam fase konstraksi, indek <50," ujar Erwin dalam siaran pers, Jumat (14/7/2023).
Prospek Saham ANTM Semester II 2023 Usai Bagikan Dividen Jumbo
Dua emiten nikel anyar PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA) dan PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL) mulai merealisasikan dana IPO yang diterima mereka pada April 2023. Namun, keduanya masih terlihat lamban untuk menggeber ekspansi melalui suntikan modal anak usaha.
Dalam aksi penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) awal tahun ini, MBMA meraup dana bersih IPO sebesar Rp8,93 triliun dan NCKL meraup dana bersih sebesar Rp9,70 triliun.
NCKL atau Harita Nickel melaporkan realisasi penggunaan dana IPO sebanyak 60,07 persen atau sekitar Rp5,83 triliun dari total dana IPO yang dikantonginya. Namun, realisasi penggunaan dana itu masih didominasi oleh pelunasan kewajiban dibandingkan penyuntikan modal untuk anak usaha dan entitas asosiasi guna ekspansi proyek-proyek baru.
Dari total dana yang terserap sebanyak 5,83 triliun, dana yang mengalir ke anak usaha dan entitas asosiasi hanya sebesar Rp1,33 triliun. Padahal dalam prospektus IPO, dana yang diperuntukkan untuk suntikan belanja modal anak dan entitas asosiasi sebesar Rp4,92 triliun. Dengan demikian, dana yang tersisa masih Rp3,85 triliun.
Realisasi Minim Dana IPO MBMA dan NCKL untuk Ekspansi Anak Usaha
Sepanjang kuartal I/2023, Antam diketahui menghasilkan bijih nikel konsolidasian mencapai 3,41 juta wet metric ton (wmt) tumbuh 17 persen dari volume kuartal I/2022 sebesar 2,92 juta wmt.
Segmen bijih nikel juga menjadi kontributor terbesar kedua pendapatan Antam pada kuartal I/2023 sebesar Rp2,98 triliun atau 26 persen dari total pendapatan Rp11,59 triliun. Capaian pendapatan itu sendiri tumbuh 18,99 persen secara year-on-year (YoY).
Dari lantai bursa, hingga akhir sesi pertama perdagangan Jumat (14/7/2023), ANTM dibanderol Rp2.100, naik 1,01 persen dibanding hari sebelumnya. Sepanjang tahun berjalan atau year-to-date (YtD) mahar saham Antam tumbuh tipis 1,26 persen.
Analis Panin Sekuritas, Felix Darmawan, mengatakan bahwa permintaan terhadap emas cenderung masih tinggi, seiring dengan masih tingginya kekhawatiran terhadap eskalasi geopolitik dari perang Rusia dan Ukraina yang memicu lonjakan inflasi global. Investor masih akan mencari perlindungan nilai yang merupakan sifat alami dari emas.
Buka Peluang Saham Tekno GOTO Cs Saingi Indeks Energi ADRO Cs
Indeks sektor energi yang beranggotakan emiten tambang jumbo sekelas ADRO hingga BUMI menjadi indeks dengan penurunan terdalam sepanjang tahun berjalan. Situasi tersebut juga beriringan dengan penurunan indeks yang menaungi saham GOTO dan BUKA.
Indeks sektor energi mengalami penurunan yang terdalam sepanjang tahun berjalan (year-to-date/YtD) hingga 19,24 persen. Sementara untuk sektor teknologi mengalami pelemahan hinga 6,71 persen sejak awal tahun ini.
Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina mengatakan penurunan indeks teknologi berhubungan erat dengan penurunan harga komoditas. “Seperti harga batu bara yang sudah turun lebih dari 60 persen year-to-date,” kata Martha kepada Bisnis, Kamis (13/7/2023).
Untuk sektor energi, dia melihat katalis negatif lebih banyak seiring perlambatan ekonomi global, termasuk di Amerika Serikat dan Eropa. Selain itu, ekonomi China yang masih tumbuh di bawah ekspektasi juga dapat memberatkan laju indeks.
Dilema Tarif Listrik Nonsubsidi dan Kompensasi Jumbo untuk PLN
Tidak adanya penyesuaian tarif listrik untuk seluruh golongan pelanggan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) sejak 2017 menjadi dilema bagi perusahaan setrum pelat merah itu.
Di satu sisi, badan usaha milik negara itu memang harus patuh pada keputusan yang diambil pemerintah, tetapi di sisi lain beban subsidi dan kompensasi yang harus ditanggung pemerintah kian besar setiap tahunnnya.
Hal inilah yang kemudian menjadi sorotan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Terlebih, pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tidak saja menyubsidi kelompok masyarakat yang tidak mampu, tetapi juga membiayai konsumsi tenaga listrik pelanggan nonsubsidi PLN alias masyarakat mampu.