Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Perkasa ke Rp15.113, Dolar AS Tertekan

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat ke level Rp15.113 pada hari ini, di tengah sentimen pelemahan indeks dolar AS.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat ke level Rp15.113 pada hari ini, di tengah sentimen pelemahan indeks dolar AS. JIBI/Himawan L Nugraha. rn
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat ke level Rp15.113 pada hari ini, di tengah sentimen pelemahan indeks dolar AS. JIBI/Himawan L Nugraha. rn

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat ke level Rp15.113 pada hari ini, di tengah sentimen pelemahan indeks dolar AS dan pengesahan RUU Kesehatan menjadi Undang-Undang kemarin, Selasa, (11/7/2023).

Berdasarkan data Bloomberg dikutip Rabu, (12/7/2023) pukul 09.05 WIB, rupiah dibuka menguat 0,26 persen ke level Rp15.113 per dolar AS. Mayoritas mata uang Asia lainnya juga terpantau menguat.

Sementara itu, indeks dolar AS terpantau melemah 0,30 persen ke posisi 101,42 pada pagi ini.

Adapun, beberapa mata uang Asia yang menguat terhadap dolar AS adalah yuan China menguat 0,28 persen, dolar Singapura menguat 0,21 persen, yen Jepang menguat 0,61 persen, peso Filipina menguat 0,44 persen, dan rupee India menguat 0,25 persen.

Mata uang Asia yang menguat lainnya yakni baht Thailand menguat 0,21 persen, ringgit Malaysia menguat 0,13 persen, dolar Taiwan menguat 0,09 persen, dan won Korea menguat tipis 0,02 persen. Sedangkan dolar Hongkong melemah tipis 0,02 persen terhadap dolar AS.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memprediksi mata uang rupiah fluktuatif, tetapi ditutup menguat di rentang Rp15.130-Rp15.220 per dolar AS pada Rabu (12/7/2023). 

Dolar AS melemah pada Selasa, (11/7) setelah pejabat Federal Reserve mengisyaratkan bahwa bank sentral mendekati akhir siklus pengetatan kebijakan moneter, meskipun diperdagangkan dalam kisaran ketat menjelang laporan inflasi utama AS. 

Para pejabat Fed menyatakan pada hari Senin jika bank sentral kemungkinan akan menaikkan suku bunga lebih lanjut untuk mengendalikan inflasi, tetapi akhir dari siklus pengetatan kebijakan moneter saat ini semakin dekat. 

Saat ini, pelaku pasar tengah berfokus pada data inflasi AS yang akan dirilis pada hari Rabu. Data inflasi AS akan memberikan kejelasan lebih lanjut tentang kemajuan yang telah dicapai oleh The Fed dalam perang melawan lonjakan harga konsumen.

Survei dari Federal Reserve Bank of New York pada hari Senin juga menunjukkan ekspektasi inflasi jangka pendek yang memudar di kalangan masyarakat Amerika, yang mengatakan bahwa mereka mengharapkan kenaikan inflasi jangka pendek terlemah dalam dua tahun terakhir. 

Data pada Senin menunjukkan China berada di ambang deflasi konsumen di tengah kondisi ekonomi yang memburuk di negara tersebut. Namun, hal ini juga meningkatkan harapan jika pemerintah akan meluncurkan lebih banyak langkah pengeluaran darurat untuk mendukung pertumbuhan. 

Sementara itu, dari dalam negeri, banyak pengamat yang memperkirakan inflasi pada bulan Agustus dan September 2023 akan turun di bawah 3 persen. Sedangkan untuk akhir 2023 inflasi akan berada di atas 3 persen.

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bank Indonesia bahwa inflasi berada di jalur melambat, membuat inflasi akan cukup rendah dan Inflasi menunjukan penurunan tajam, bahkan lebih tajam di paruh kedua tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper