Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Berspekulasi The Fed Makin Agresif, 11 Sektor Wall Street Merah

Wall Street merosot pada akhir perdagangan Jumat pagi WIB, karena spekulasi The Fed harus mengambil pendekatan yang agresif untuk menjinakkan inflasi
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA - Wall Street merosot pada akhir perdagangan Jumat pagi WIB, karena spekulasi The Fed harus mengambil pendekatan yang agresif untuk menjinakkan inflasi membuat imbal hasil obligasi pemerintah AS lebih tinggi dan membebani pasar ekuitas.

Indeks Dow Jones Industrial Average merosot 366,38 poin atau 1,07 persen, menjadi 33.922,26 poin. Indeks S&P 500 kehilangan 35,23 poin atau 0,79 persen, berakhir pada 4.411,59 poin. Indeks Komposit Nasdaq tergelincir 112,61 poin atau 0,82 persen, ditutup pada 13.679,04 poin.

Semua dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan sektor energi dan konsumen memimpin penurunan masing-masing kehilangan 2,45 persen dan 1,65 persen. Sektor teknologi membukukan penurunan terlemah, menyusut 0,16 persen.

Saham-saham AS turun pada Kamis (6/7/2023) setelah data pekerjaan yang lebih panas dari perkiraan menggarisbawahi kekuatan pasar tenaga kerja yang sedang berlangsung dan meningkatkan ketakutan investor akan kenaikan suku bunga di masa depan dari The Fed.

Pekerjaan sektor swasta meningkat 497.000 pada Juni, hampir dua kali lipat jumlah yang dibuat pada Mei dan jauh melampaui ekspektasi pasar 220.000, menandai kenaikan bulanan terbesar sejak Juli 2022, menurut data dari perusahaan pemrosesan penggajian ADP.

Data perekrutan ADP yang kuat mengirim imbal hasil obligasi pemerintah AS naik melintasi kurva di sesi Kamis (6/7/2023), dengan imbal hasil obligasi pemerintah 2-tahun dan 10-tahun melonjak ke level tertinggi sejak Maret.

Pada saat investor bertaruh bahwa laporan tersebut akan mendorong Fed untuk lebih agresif, pernyataan dari Presiden Federal Reserve Dallas, Lorie Logan menambah lebih banyak pemicu kekhawatiran mereka. Dia mengatakan pada Kamis (6/7/2023) bahwa lebih banyak kenaikan suku bunga kemungkinan akan diperlukan untuk memperlambat inflasi yang panas.

Pembuat kebijakan Federal Reserve mungkin takut dengan laporan pekerjaan besok setelah angka ADP hari ini sekali lagi melenyapkan perkiraan, yang datang lebih dari dua kali lipat perkiraan konsensus, kata Craig Erlam, analis pasar senior di OANDA, pemasok layanan perdagangan daring multi-aset.

"Jika kenaikan suku bunga bulan ini belum dilakukan, mungkin sekarang. ADP sering kali bukan pendahulu yang bagus untuk angka NFP (Penggajian Non Pertanian), tetapi ini adalah laporan yang tidak bisa Anda abaikan begitu saja. Saya yakin semua orang akan merevisi ekspektasi mereka di belakangnya dan bertanya-tanya berapa lama lagi ketahanan pasar tenaga kerja ini dapat bertahan," menurut Erlam, dikutip dari Xinhua.

Investor juga mencerna data pekerjaan lain yang dirilis pada Kamis (6/7/2023). Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa klaim pengangguran awal meningkat menjadi 248.000, naik 12.000 dari level revisi minggu sebelumnya di 236.000, yang menunjukkan peningkatan moderat.

Sementara itu, jumlah lowongan pekerjaan menurun menjadi 9,8 juta pada hari kerja terakhir Mei, jatuh di bawah angka 10 juta lagi, sebuah tanda bahwa pasar tenaga kerja yang ketat mungkin melihat setidaknya beberapa pelonggaran, menurut Biro Statistik Tenaga Kerja AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Pandu Gumilar
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper