Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja indeks reksa dana saham mengalami nasib yang berbanding terbalik dengan indeks reksa dana pendapatan tetap berbasis obligasi sepanjang semester I/2023.
Berdasarkan data Infovesta per 27 Juni 2023, indeks reksa dana saham terkoreksi paling dalam sebesar -1,92 persen secara year-to-date (ytd). Sementara itu, indeks reksa dana pendapatan tetap mengalami pertumbuhan tertinggi yakni 3,63 persen.
Direktur Pinnacle Persada Investama Indra Muharam Firmansyah mengatakan ada banyak faktor yang memengaruhi pergerakan indeks reksa dana saham dan pendapatan tetap, di samping masing-masing performa reksa dana di dalam indeks tersebut, misalnya keadaan geopolitik global dan juga kondisi makro ekonomi dalam negeri.
"Salah satunya seperti kenaikan suku bunga The Fed untuk menahan laju inflasi di Amerika Serikat. Hal tersebut membuat investor untuk cenderung wait and see untuk masuk ke pasar saham, terutama dari investor asing," ujar Indra kepada Bisnis, Senin (3/7/2023).
Sebagaimana diketahui, Federal Reserve masih memberi sinyal hawkish atau akan menaikkan suku bunga hingga dua kali lagi pada semester II/2023. Hal tersebut menyiratkan bahwa para pejabat The Fed memperkirakan dua kali kenaikan suku bunga sebesar 25 bps atau satu kali kenaikan 50 bps sebelum akhir tahun.
Di lain sisi, untuk pasar obligasi, banyak investor asing sangat tertarik untuk berinvestasi di pasar obligasi Indonesia saat ini. Hal tersebut, kata Indra, tercermin dari tingginya arus masuk investor asing ke pasar obligasi Indonesia.
Baca Juga
"Akibatnya performa obligasi Indonesia menjadi salah satu yang terbaik di Asia dan juga akhirnya berimbas pada bagusnya performa indeks reksadana obligasi," paparnya.
Terkait prospek reksa dana pada semester II/2023, Indra mengatakan reksa dana pendapatan tetap masih akan memiliki prospek cerah, meskipun lebih terbatas dibandingkan semester pertama tahun ini.
"Untuk reksa dana sendiri, kami melihat prospek yang baik untuk reksa dana berbasis obligasi untuk ke depan, walaupun performa reksa dana berbasis obligasi di paruh kedua tahun 2023 ini akan lebih limited dibandingkan dengan paruh pertama," jelasnya.
Sedangkan untuk prospek reksa dana saham, dia melihat tingkat volatilitas pasar saham masih akan tinggi pada paruh kedua 2023.
"Namun apabila memang ingin berinvestasi dalam jangka waktu yang panjang, tidak ada salahnya bagi investor untuk masuk bertahap di reksa dana saham," pungkasnya.