Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang masih lesu di kisaran 6.600-an turut membuat kinerja reksa dana saham merana sepanjang tahun berjalan. Pada perdagangan hari terakhir semester I/2023, IHSG ditutup terkoreksi 0,04 persen dan parkir di level 6.661,88 pada Selasa, (27/6/2023).
Berdasarkan data Infovesta dikutip Selasa, (27/6/2023), reksa dana saham membukukan kinerja negatif -1,97 persen secara year-to-date (ytd). Sementara itu, reksa dana pendapatan tetap masih menjadi juara dengan rata-rata kenaikan 3,52 persen ytd, atau mengungguli reksa dana pasar uang dengan kenaikan 1,91 persen ytd.
Direktur Utama BNI Asset Management Putut Endro Andanawarih mengatakan, meski pergerakan IHSG masih relatif lesu di level 6.600-an, kondisi makroekonomi masih baik ke depannya didukung oleh pemulihan sektor industri otomotif, ritel konsumer, serta penjualan dan impor semen yang meningkat menjadi peluang bagus untuk reksa dana saham.
"Jadi kami melihat reksa dana saham punya potensi di semester II/2023 akan mengalami kenaikan, apalagi level valuasinya masih sangat menarik," ujar Putut kepada Bisnis, Selasa, (27/6/2023).
Lebih lanjut dia mengatakan, level IHSG masih rendah disebabkan kondisi pasar yang masih volatil akibat ketidakpastian suku bunga global, walaupun secara jangka panjang arahnya akan cenderung turun.
"Harusnya reksa dana saham masih punya upside potensial di tengah kondisi pasar yang mana investor asing relatif masih cukup positif untuk berinvestasi di Indonesia," ujarnya.
Baca Juga
Meskipun reksa dana saham berpotensi meningkat pada paruh kedua 2023, BNI AM menilai reksa dana pendapatan tetap masih akan menjadi incaran investor didorong oleh sentimen domestik maupun global.
"Peluang kinerja reksa dana pada semester II/2023 kami melihat reksa dana pendapatan tetap masih menjadi primadona didorong beberapa faktor, karena melihat inflasi di berbagai negara baik dari sisi konsumen dan produsen sudah mengalami penurunan," katanya.
Menurutnya, kenaikan suku bunga The Fed sudah relatif mendekati puncak dengan perkiraan sekitar 25 bps pada sisa tahun berjalan, sehingga yield obligasi cenderung menurun dan menjadi katalis positif untuk reksa dana pendapatan tetap. Kondisi fiskal Indonesia yang cukup sehat juga membuat pemerintah tidak terlalu agresif menerbitkan lelang Surat Utang Negara (SUN).
Putut mengatakan, BNI AM terus berupaya mengerek kinerja reksa dana, di antaranya melakukan screening terhadap efek-efek yang memiliki valuasi yang menarik, serta mengamati perkembangan kondisi industri ke depannya.
"Jadi dalam melakukan portfolio construction, pembobotan efek-efek seperti reksa dana saham maupun RDPT kami tetap melihat bagaimana potensi atau volatilitas dalam portofolionya," jelasnya.
Menurut dia, untuk investor dalam mengatur alokasi aset reksa dana tergantung dengan profil risiko dan tujuan investasi masing-masing investor. Misalnya, investor dengan profil risiko tinggi sangat cocok untuk reksa dana saham dan campuran, sedangkan investor tipe konservatif disarankan memilih reksa dana pendapatan tetap.