Bisnis.com, JAKARTA — PT Siloam International Hospitals Tbk. (SILO) melalui anak usahanya membeli lahan senilai Rp306,8 miliar dari entitas anak PT Lippo Karawaci Tbk. (LPKR).
Berdasarkan keterbukaan informasi, PT Tataka Karya Indah selaku entitas anak SILO membeli lahan senilai Rp306,8 miliar dari PT Persada Mandiri Abadi yang merupakan entitas anak LPKR.
Lahan tersebut memiliki luas 7.135 meter persegi dan terletak di Jl. Pangeran Antasari, Cipete Utara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Adapun SILO berencana membuka unit rumah sakit pada lokasi tersebut.
“Maksud dan tujuan SILO adalah dalam bidang kesehatan manusia [perumahsakitan], dan/atau aktivitas pendukung lainnya sesuai anggaran dasar,” demikian tertulis dalam keterbukaan informasi dikutip Kamis (29/6/2023).
Manajemen SILO mengatakan pengikatan jual beli ini dilakukan dengan anak usaha LPKR sebagai pihak afiliasi SILO dengan mempertimbangkan lokasi properti saat ini sesuai dengan rencana pengembangan rumah sakit di wilayah Antasari, Kemang.
Sebagai informasi, Direktur SILO Daniel Phua mengatakan SILO menyediakan anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp1,4 triliun.
Baca Juga
Sebesar Rp700 miliar dari dana capex nantinya akan digunakan untuk pembiayaan dan pemeliharaan rumah sakit yang ada. Kemudian sisanya Rp700 miliar akan digunakan untuk pembangunan rumah sakit baru di Surabaya dan Bandung.
“Rp700 miliar untuk maintenance rumah sakit yang sudah ada termasuk investasi di alat medis mengingat pandemi Covid-19 sudah berakhir,” katanya saat konferensi pers, Kamis (25/5/2023).
SILO pun berencana untuk memaksimalkan pemanfaatan peralatan dan meningkatkan laba atas investasi alat serta memaksimalkan matriks rumah sakit untuk memaksimalkan kinerja pada 2023.
SILO setidaknya menargetkan pertumbuhan pendapatan hingga double digit dengan margin EBITDA tumbuh 25 persen hingga 29 persen. Selain memaksimalkan peralatan yang ada, SILO tengah menyiapkan sederet strategi untuk menghemat biaya.
Di antaranya adalah berencana melakukan inisiatif pengelolaan biaya dengan pengurangan biaya material, perencanaan permintaan dan manajemen persediaan, optimalisasi opex serta merampingkan tinjauan capex dan proses persetujuan.
“Total estimasi jumlah penghematan mencapai Rp50 miliar hingga Rp100 miliar,” tuturnya.