Bisnis.com, JAKARTA - Investor asing tercatat melakukan net buy sebesar Rp16,15 triliun secara year to date (YTD) di pasar saham Indonesia. Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) menjadi favorit investor asing selama 6 bulan terakhir.
Investor asing tercatat mengakumulasi sebanyak Rp7,2 triliun saham BBRI selama year to date (YTD) hingga akhir perdagangan Selasa (27/6/2023). Pembelian investor asing ini dibarengi dengan penguatan saham BBRI 9,82 persen sejak awal tahun.
Saham selanjutnya yang menjadi favorit investor asing adalah saham GOTO yang diborong hingga Rp3,4 triliun sejak awal tahun. Saham GOTO pun mengalami penguatan 20,88 persen secara tahunan.
Kemudian, saham BBCA juga menjadi salah satu saham yang banyak dibeli investor asing dengan akumulasi sebesar Rp2,6 triliun, saham ICBP dengan akumulasi Rp2,3 triliun, dan saham BBNI dengan akumulasi Rp2,2 triliun.
Saham-saham lainnya yang menarik minat investor asing adalah ANTM dengan akumulasi Rp1,3 triliun, MDKA dengan jumlah pembelian Rp1,2 triliun, ASII sebesar Rp883,6 miliar, FILM senilai Rp420 miliar, dan saham CPO pendatang baru NSSS sebesar Rp331,7 miliar.
Sebelumnya, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina menuturkan Mirae Sekuritas mencatatkan asing membukukan net buy Rp16 triliun.
Baca Juga
"Mulai tahun ini memang terjadi rotasi sektor yang dipilih investor. Seiring menurunnya harga komoditas energi, logam industri, CPO, dan lain-lain, maka harga saham perusahaan juga ikut merosot," kata Martha kepada Bisnis, Senin (26/6/2023).
Dia melanjutkan dengan ekspektasi kinerja yang akan terpengaruh normalisasi harga komoditas, maka investor juga melepas saham-saham di sektor komoditas tersebut. Akibatnya, sektor IDXBASIC dan IDXENERGY turun masing-masing 18 persen dan 22 persen YTD.
Sementara itu, kata dia, sektor lain seperti IDXCYCLICAL dan IDXNONCYCLICAL yang ditinggalkan investor pada tahun lalu, justru menguat pada semester I/2023.
"Hal ini terpengaruh kinerja yang lebih baik, seiring penurunan harga komoditas dan normalnya mobilitas masyarakat," ucapnya.
Menurutnya katalis global untuk IHSG pada semester II/2023 datang dari ancaman resesi AS dan Eropa, pemulihan ekonomi China, dan suku bunga yang tetap tinggi. Selain itu, inflasi yang mulai mereda, dan mulai stabilnya harga komoditas juga mempengaruhi gerak IHSG.
Sementara itu, dari dalam negeri, katalis untuk IHSG di semester II/2023 datang dari antusiasme jelang Pemilu 2024, kuatnya belanja rumah tangga, dan harapan penurunan BI Rate.