Bisnis.com, JAKARTA - Emiten kontraktor tambang terafiliasi konglomerat Haji Robert dan Happy Hapsoro, PT Petrosea Tbk. (PTRO) menuntaskan transaksi akuisisi tambang batu bara senilai US$90,56 juta atau setara Rp1,36 triliun (kurs Jisdor Rp15.026 per dolar AS). Target produksi tambang baru bisa mencapai 5 juta ton.
Presiden Direktur Petrosea Romi Novan Indrawan menyampaikan PTRO menuntaskan transaksi pembelian 100 persen saham PT Kemilau Mulia Sakti (KMS). Penuntasan transaksi akuisisi dengan total nilai transaksi sebesar US$ 90,56 juta ini ditandai dengan penandatanganan Akta Jual Beli pada tanggal 23 Juni 2023, oleh para pihak yang terlibat dalam transaksi jual-beli.
“Transaksi ini merupakan bentuk realisasi diversifikasi Petrosea menjadi mine owner demi memperkuat kinerja Perusahaan serta memberikan nilai tambah bagi pemegang saham dan seluruh pemangku kepentingan lainnya di masa mendatang,” ujarnya dalam keterangan resminya Selasa (27/6/2023).
Sebagai informasi, KMS adalah pemilik 99 persen saham PT Cristian Eka Pratama (CEP), perusahaan yang bergerak di bidang operasi penambangan batu bara dan merupakan pemegang Izin Usaha Pertambangan-Operasi Produksi (IUP-OP) yang area operasionalnya berlokasi di Kecamatan Tering, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur.
Sebelumnya, Romi Novan Indrawan mengemukakan tambang baru tersebut tengah dalam konstruksi dan persiapan. Tambang tersebut memiliki cadangan sebesar 70 juta ton dan diperkirakan dapat memproduksi 750.000 ton batu bara pada tahun pertama operasinya. Selanjutnya pada tahun kedua produksi diperkirakan mencapai 1—1,5 juta ton dan di tahun ketiga meningkat menjadi 5 juta ton per tahun.
“Kontribusi yang diharapkan dari tambang baru adalah target EBITDA pada tahun pertama kurang lebih US$15 juta, kemudian pada tahun kedua menjadi US$20 juta. Pada tahun ketiga tentunya EBITDA lebih besar seiring dengan bertambahnya produksi,” kata Novan, Senin (15/5/2023).
Baca Juga
Sementara itu, Petrosea menargetkan pendapatan pada 2023 bisa tumbuh 39 persen dibandingkan dengan capaian 2022 sehingga menembus US$662 juta. PTRO bakal menyiapkan belanja modal atau capital expenditue (capex) hingga US$80 juta atau sekitar Rp1,17 triliun untuk mencapai target tersebut.
Novan mengatakan Petrosea bakal menjaga pertumbuhan organik dengan memperoleh kontrak-kontrak baru dan melakukan optimalisasi pada kontrak yang telah dimiliki. Sepanjang 2022, Petrosea mengantongi nilai kontrak sebesar US$1,7 miliar dengan dukungan kontrak baru pertambangan sektor mineral seperti nikel dan emas.
“Kami menargetkan pendapatan kontrak pertambangan tumbuh 30 persen dan segmen EPC [Engineering, Procurement & Construction] tumbuh 50 persen jadi total pendapatan dapat tumbuh 39 persen pada 2023,” kata Novan.
Adapun belanja modal bakal digunakan untuk penggantian alat berat dan komponen penambahan aset tetap dalam rangka pengembangan usaha proyek-proyek baru Petrosea. Pada 2022, total serapan capex PTRO mencapai US$66,6 juta atau naik 15,6 persen daripada 2021 sebesar US$57,6 juta.