Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi sideways dalam rentang 6.670 hingga 6.720 pada perdagangan hari ini, Kamis (22/6/2023).
Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan mengatakan secara teknikal IHSG hari ini diperkirakan konsolidasi dalam rentang 6.670-6.720. Hal ini didukung dengan Stochastic RSI dan MACD yang cenderung bergerak sideways.
“Pasar akan mengawasi keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI hari ini,” katanya dalam riset harian, dikutip Kamis (22/6/2023).
BI diperkirakan akan kembali mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75 persen, menyusul sinyal terbaru The Fed yang masih berpotensi menaikkan suku bunga acuan sebanyak 2 kali pada sisa tahun 2023 setelah sebelumnya menahan suku bunga.
Dari eksternal, Kepala The Fed, Jerome Powell akan memberikan pidato di hadapan Kongres AS pada Rabu malam (21/6/2023) waktu setempat. Pidato tersebut diharapkan dapat memberikan petunjuk seberapa besar potensi The Fed dalam menaikkan sukubunga acuan ke depannya.
Sebelumnya, The Fed mengumumkan menahan suku bunga acuan dalam rentang 5-5,25 persen. Kebijakan The Fed ini diambil dalam Rapat Komite Pasar Terbuka (FOMC) pada Kamis (15/6/2023) dini hari waktu Indonesia. Pada pertemuan bulan lalu, The Fed telah mengerek bunga acuan seperempat poin.
Baca Juga
Adapun IHSG secara teknikal memiliki level resistance di 6.750, level pivot di 6.680 serta support di posisi 6.660. Sementara itu menurut Valdy, pasar dapat memperhatikan saham-saham rate-sensitive seperti ARTO, BBTN, BBNI dan BBCA. Serta, saham dengan peluang rebound lanjutan seperti MDKA, ASII dan BIRD.
Sebelumnya IHSG ditutup rebound ke level 6.702.625 atau naik 0,63 persen pada perdagangan Rabu (21/6/2023). IHSG bergerak pada rentang 6.635,67 sampai 6.702,62 pada perdagangan hari ini. Sebanyak 280 saham menguat, 240 saham terkoreksi, dan 218 saham melemah. Kapitalisasi pasar tercatat mencapai Rp9.531 triliun.
Investor asing tercatat membukukan net sell Rp62,17 miliar pada perdagangan kemarin, sehingga total nilai bersih asing (net buy) menjadi Rp16,87 triliun sepanjang tahun berjalan (year-to-date/ytd).
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.