Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menjadi segelintir indeks saham di kawasan Asia yang melemah pada perdagangan sesi pertama pada Rabu (14/6/2023). Pelemahan IHSG terjadi meskipun data inflasi Mei Amerika Serikat memperlihatkan perlambatan dan menjadi penguat ekspektasi bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga acuan.
Inflasi AS pada Mei berada di level 4 persen year on year (YoY), lebih rendah daripada estimasi di 4,1 persen dan turun dari posisi April 2023 di 4,9 persen YoY. Kondisi ini meningkatkan keyakinan pasar bahwa The Fed akan mempertahankan Fed Fund Rate (FFR) di 5,25 persen pada FOMC 15 Juni 2023 dini hari waktu Indonesia.
Di kawasan Asia, bursa Jepang dan China kompak menguat dengan Nikkei 225 naik 1,30 persen dan Shanghai Composite terapresiasi 0,24 persen sampai pukul 11.25 WIB. Namun pelemahan terlihat pada bursa Korea Selatan di mana terpantau turun 0,57 persen pada pukul 11.40 WIB.
Sementara itu, IHSG menutup sesi pertama perdagangan hari ini dengan koreksi sebesar 0,54 persen sehingga bertengger di 6.682,70. Sebanyak 287 saham melemah, 242 menguat, dan 197 saham lainnya stagnan berdasarkan data RTI.
Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya mengatakan pelemahan IHSG disebabkan oleh aksi tunggu pasar menjelang keputusan suku bunga The Fed. Sejauh ini, lebih dari 90 persen pelaku pasar memperkirakan Bank Sentral AS akan mempertahankan suku bunganya.
“Namun market masih menerka langkah The Fed untuk Juli, sehingga tetap menantikan petunjuk di pidato The Fed esok hari,” kata Cheril, Rabu (14/6/2023).
Baca Juga
Dia mengatakan terdapat peluang bagi IHSG untuk kembali ke level 7.000 jika The Fed memberi sinyal kuat berakhirnya siklus kenaikan suku bunga.
Phintraco Sekuritas dalam riset harian sejatinya menyebutkan bahwa pergerakan pasar modal sejatinya diwarnai sentimen positif karena ekspektasi berkurangnya kebijakan suku bunga agresif The Fed dan Bank Sentral Eropa. Di sisi lain, People’s Bank of China (PBOC) juga memberlakukan kebijakan moneter yang lebih longgar.
“Indeks saham Amerika Serikat dan Eropa telah menguat kemarin karena ekspektasi suku bunga yang dipertahankan. Di dalam negeri, Bank Indonesia juga diyakini kembali mempertahankan suku bunga acuan pada pertemuan Juni 2023,” tulis Phintraco.
Selain arah kebijakan bank-bank sentral besar lain, Bank Indonesia memiliki ruang seiring dengan stabilitas nilai tukar dan tren perlambatan laju inflasi dalam beberapa bulan terakhir.