Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Antrean Rights Issue Tetap Ramai saat Pasar Saham Lesu

Antrean emiten yang bersiap menghimpun dana melalui rights issue masih tinggi hingga penhujung Mei 2023 di tengah pelemahan IHSG.
Antrean emiten yang bersiap menghimpun dana melalui rights issue masih tinggi hingga penhujung Mei 2023 di tengah pelemahan IHSG. Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Antrean emiten yang bersiap menghimpun dana melalui rights issue masih tinggi hingga penhujung Mei 2023 di tengah pelemahan IHSG. Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — Antrean emiten yang bersiap menghimpun dana melalui penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) atau rights issue masih tinggi hingga pengujung Mei 2023 meski pasar saham masih bergerak di zona negatif. Optimisme perusahaan dinilai masih terjaga di tengah prospek ekonomi nasional yang masih baik.

Data Bursa Efek Indonesia (BEI) memperlihatkan masih terdapat 25 perusahaan yang berada dalam pipeline rights issue. Sektor konsumer dan finansial mendominasi antrean, di antaranya adalah PT Bank Maspion Indonesia Tbk. (BMAS), PT Bank KB Bukopin Tbk. (BBKP), PT Bank J-Trust Indonesia Tbk. (BCIC), PT Midi Utama Indonesia Tbk. (MIDI), dan PT Bintang Samudera Mandiri Lines Tbk. (BMSL).

Head of Research Surya Fajar Sekuritas Raphon Prima mengatakan minat rights issue saat ini cukup tinggi karena perusahaan menilai perekonomian Indonesia telah memasuki pemulihan setelah Covid-19. Pada saat yang sama, tingkat suku bunga masih tinggi.

“Sehingga perusahaan mencoba memilih opsi rights issue untuk menggalang dana demi menangkap momen pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung,” kata Raphon, Senin (29/5/2023).

Menghadapi situasi pasar saham yang masih lesu, Raphon mengemukakan perusahaan bisa mengakalinya dengan menemukan pembeli siaga (stand by buyer). Pembeli siaga umumnya fokus pada investasi jangka menengah hingga panjang sehingga tidak terpengaruhi kondisi pasar yang fluktuatif.

Sejauh ini, telah ada 16 perusahaan yang melakukan rights issue dengan total dana dihimpun senilai Rp15,9 triliun. Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan Mei 2022 yang senilai Rp11,58 triliun dari 10 perusahaan menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya menilai rights issue menjadi opsi penggalangan dana yang tetap atraktif bagi perusahaan karena tidak menambah porsi utang.

“Masih ada 25 perusahaan dalam pipeline rights issue, jumlahnya yang banyak menunjukkan antusiasme perusahaan. Rights issue menjadi pilihan yang menarik kala suku bunga sedang tinggi seperti saat ini sehingga beban keuangan tidak bertambah,” ujarnya.

Sementara itu, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina berpandangan minat perusahaan untuk menerbitkan saham baru tetap tinggi, tetapi masih tertahan dengan kondisi pasar yang kurang kondusif.

“Dengan kondisi ke depan yang masih diliputi ketidakpastian, secara umum perusahaan lebih wait and see sebelum melakukan ekspansi, sehingga mempengaruhi jumlah right issue yang ada,” kata Martha.

Dengan level suku bunga yang tinggi dan bank yang lebih selektif dalam memberikan kredit, Martha mengatakan rights issue tetap menjadi pilihan alternatif bagi perusahaan yang membutuhkan dana. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper