Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Efek Indonesia (BEI) menyampaikan sebanyak 24 perusahaan tercatat berada dalam pipeline rights issue BEI hingga Jumat (14/4/2023). Lalu, bagaimana prospek aksi rights issue hingga akhir tahun 2023 ini?
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina mengatakan aksi rights issue di awal tahun ini masih cenderung sepi, akibat perusahaan yang mencermati kondisi ekonomi global dan domestik.
"Ekspektasi resesi di negara besar, yang bisa berdampak pada melambatnya ekonomi Indonesia, membuat para pengusaha cenderung wait and see untuk berekspansi, dan menunggu untuk kondisi yang lebih pasti," kata Martha kepada Bisnis, Minggu (16/4/2023).
Dia melanjutkan, jika ke depan kondisi global tidak seburuk perkiraan awal, maka perusahaan-perusahaan tercatat akan lebih ekspansif, dan right issue akan semakin marak.
Adapun Martha mencermati tantangan yang akan dihadapi perusahaan-perusahaan tercatat jika melakukan rights issue adalah ketidakpastian ekonomi global, lesunya pasar saham Indonesia, dan tingginya suku bunga.
Dengan sentimen tersebut, dan dari daftar emiten yang tengah dalam proses atau diisukan right issue, Mirae Asset Sekuritas belum memiliki rekomendasi untuk saham-saham emiten tersebut.
Baca Juga
"Karena emiten yang melakukan rights issue cenderung di medium cap," tuturnya.
Data Bursa Efek Indonesia (BEI) per 14 April 2023 mencatat sebanyak 14 perusahaan telah menerbitkan rights issue dengan total nilai Rp14,2 triliun.
Dalam pipeline BEI, terdapat 24 perusahaan tercatat yang akan melakukan rights issue. Rinciannya, sebanyak 7 perusahaan masing-masing dari sektor consumer cyclicals dan finansial.
Adapun 4 perusahaan masing-masing dari sektor consumer non-cyclicals dan energi, 1 perusahaan dari sektor basic materials, dan satu perusahaan dari sektor transportasi dan logistik.