Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Dunia Kian Tinggi, Kinerja Emiten Migas Masih Berpotensi Naik

Emiten migas masih berpotensi mendulang kenaikan kinerja di tengah tren harga minyak dunia yang tinggi, berkat peningkatan permintaan dan diversifikasi bisnis.
Platform migas lepas pantai. Istimewa/SKK Migas
Platform migas lepas pantai. Istimewa/SKK Migas

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten sektor minyak dan gas (migas) diproyeksi masih berpotensi mencatatkan pertumbuhan kinerja meski fluktuasi harga minyak akan tetap tinggi. Hal ini lantaran terdapat peningkatan konsumsi masyarakat di negara importir terbesar minyak dunia hingga adanya diversifikasi bisnis.

Financial Expert Ajaib Sekuritas Chisty Maryani mengatakan harga minyak masih berpotensi terus meningkat seiring permintaan dari China dan India sebagai importir terbesar dunia cukup besar. Terlebih lagi China tengah meningkatkan konsumsi pasca pencabutan kebijakan zero Covid-19.

“Saat ini pun, sudah mulai kembali padatnya mobilitas sosial yang terjadi dapat mendorong permintaan sebab minyak merupakan bahan bakar untuk transportasi,” ujar Christy dalam riset dikutip Minggu (28/5/2023).

Lebih lanjut, dia mengatakan fluktuasi harga minyak dunia ditentukan oleh faktor suplai dan permintaan dari beberapa negara. Apabila harga minyak menguat signifikan atau bertahan di atas proyeksi rata-rata US$ 84 per barel, maka menjadi katalis positif bagi emiten migas.

OPEC+ pada April 2023 mengumumkan tambahan pemangkasan produksi 1,16 juta barel oil per day (bopd) sehingga secara total OPEC+ memangkas produksi sekitar 3,66 juta bopd. Pengurangan tersebut setara 3,7 persen dari permintaan minyak mentah global.

Pemangkasan tersebut merupakan upaya OPEC+ untuk menstabilkan harga minyak ditengah potensi perlambatan perekonomian global, dan potensi resesi Amerika Serikat (AS) yang berpotensi menurunkan permintaan.

World Bank pada Commodity Markets Outlook edisi April 2023 juga memproyeksi rata-rata harga minyak mentah Brent di level US$84 per barel. Proyeksi ini lebih rendah dari harga rata-rata pada 2022 sebesar US$ 99,8 per barel.

Meningkatnya harga minyak dinilai dapat mempengaruhi harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) bagi emiten migas terutama yang memiliki pangsa ekspor besar. Hal ini pun dapat berpotensi meningkatkan kinerja pendapatan maupun laba.

Adapun, kinerja emiten migas cenderung mengalami penurunan per kuartal I/2023. Salah satunya adalah PT Medco Energy International Tbk (MEDC) yang mengalami penurunan laba  8,86 persen dari US$90,03 juta menjadi US$82,05 juta atau setara Rp1,23 triliun per kuartal I/2023.

Padahal, MEDC mencatatkan pendapatan total mencapai US$558,09 juta atau setara dengan Rp8,40 triliun. Jumlah tersebut tumbuh 18,40 persen dari tahun sebelumnya US$471,34 juta.

Kemudian emiten migas Grup Bakrie, PT Energi Mega Persada Tbk. (ENRG) menorehkan kinerja positif pada kuartal I/2023 dengan membukukan laba bersih US$17,49 juta atau sekitar Rp256,78 miliar (kurs Rp14.673/dolar AS).

Namun dari sisi penjualan, ENRG mengalami penurunan 8,91 persen menjadi US$102,54 juta atau sekitar Rp1,5 triliun dibandingkan dengan kuartal I/2022 sebesar US$112,57 juta.

Sementara itu,  PT Elnusa Tbk. (ELSA) mengalami lonjakan laba bersih 53,35 persen secara year-on-year (YoY) dibanding periode sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp74,93 miliar.

Kenaikan laba bersih ELSA didorong oleh meningkatnya pendapatan 28,53 persen YoY menjadi Rp3,14 triliun dibanding kuartal I/2022 yang sebesar Rp2,44 triliun. Pendapatan ELSA ditopang oleh jasa distribusi dan logistik energi yang berkontribusi Rp1,78 triliun.

PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA) juga mencatatkan kinerja positif dengan membukukan pendapatan sebesar Rp10,89 triliun pada tiga bulan pertama 2023. Pendapatan ini naik 8,13 persen dari Rp10 triliun secara YoY.

Pertumbuhan pendapatan AKRA berkat adanya penjualan tanah sebesar Rp482 miliar, serta sewa lahan dan utilitas sebesar Rp66 miliar. Segmen tanah kawasan industri dan lainnya sebesar Rp505,37 miliar atau naik 825,44 persen.

Pendapatan juga didukung dari Kawasan Ekonomi Khusus Java Integrated Industrial and Port Estate (KEK JIIPE) yang menjual 19,6 hektare lahan kepada PT Hailiang Nova Material Indonesia pada kuartal I/2023.

AKRA mencatatkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp607,27 miliar. Laba ini naik 41,89 persen dari Rp427,97 miliar secara YoY.

Christy mengatakan emiten migas telah banyak melakukan diversifikasi segmen bisnis. Peningkatan kinerja dari segmen bisnis lainnya dinilai akan membuat kinerja pendapatan dan laba emiten migas kian meningkat.

“Beberapa diantaranya sudah ada yang beralih ke proyek energi terbarukan, dan bahkan ada emiten migas yang memiliki bisnis lahan industri, sehingga fluktuatifnya harga minyak mentah dunia kedepan mungkin tidak akan secara signifikan menurunkan kinerjanya,” jelasnya.

Berikut adalah rekomendasi saham secara teknikal

PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA) 

BUY 

Support : Rp1.330

Resistance : Rp1.435

Cutloss If break level : Rp1.200

PT Elnusa Tbk. (ELSA)

BUY

Support : Rp320

Resistance : Rp346

Cutloss if break level : Rp302

PT Energi Mega Persada Tbk. (ENRG)

BUY

Support : Rp202

Resistance : Rp240

Cutloss if break level : Rp168

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper