Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Melemah Hari Ini, Kian Dekati Rp15.000

Mata uang rupiah dibuka melemah padaperdagangan hari ini, Jumat (26/5/2023). Kian mendekati level Rp15.000.
Karyawati menghitung uang rupiah di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. di Jakarta, Selasa (16/8/2022). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati menghitung uang rupiah di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. di Jakarta, Selasa (16/8/2022). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah dibuka melemah terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini, Jumat (26/5/2023) kian mendekati level Rp15.000. Sementara itu, indeks dolar terpantau turun 0,11 persen ke posisi 104.067.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah melemah 0,02 persen atau turun 3,5 poin ke posisi Rp14.956 di hadapan dolar AS. Mata uang Asia lainnya dibuka bervariasi terhadap dolar AS.

Yen Jepang menguat 0,19 persen, dolar Singapura menguat 0,13 persen, dolar Taiwan menguat 0,24 persen, won Korea menguat 0,05 persen, peso Filipina menguat 0,26 persen, yuan China menguat 0,14 persen dan bath Thailand menguat 0,12 persen.

Sementara mata uang yang melemah yaitu ringgit Malaysia melemah 0,26 persen, rupee India melemah 0,08 persen, dan dolar Hong Kong melemah 0,01 persen.

Pengamat mata uang sekaligus pendiri Traderindo.com Wahyu Laksono mengatakan Dia melihat rupiah akan menguji rentang Rp15.000-Rp15.200 per dolar AS dalam beberapa hari ke depan. Namun, menurutnya, kisaran Rp14.800-Rp15.000 masih menjadi area konsolidasi utama.

Wahyu bilang pasar sebelumnya mengharapkan jeda kenaikan suku bunga The Fed, mengingat inflasi yang mereda dan ancaman resesi AS.

Namun, beberapa anggota The Fed, seperti James Bullard, menginginkan dua kali lagi kenaikan suku bunga tahun ini karena ancaman kenaikan inflasi masih kuat.

Selain itu, risalah Federal Open Market Committee (FOMC) 2-3 Mei yang dirilis pada Rabu (24/5/2023) malam juga menyiratkan ketiadaan peluang pemangkasan suku bunga.

Para pembuat kebijakan pada pertemuan itu mengatakan mereka tidak yakin tentang berapa banyak pengetatan kebijakan tambahan yang mungkin diperlukan. Mereka pun menimbang kemajuan yang lebih lambat pada perkiraan inflasi dan pasar tenaga kerja yang tangguh.

Perkembangan ini membuat mayoritas mata uang Asia dan mata uang utama seperti euro, poundsterling, dan dolar Australia melemah terhadap dolar AS.

“Semua karena antisipasi masih adanya peluang kenaikan suku bunga The Fed tahun ini,” kata Wahyu. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper