Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah ditutup melemah ke posisi Rp14.953 pada penutupan perdagangan hari ini Kamis (25/5/2023), setelah anggota dewan gubernur Fed Christopher Waller memberi sinyal akan kembali mengerek suku bunga pada pertemuan Juli nanti.
Berdasarkan data Bloomberg, mata uang rupiah ditutup melemah 0,36 persen atau 53 poin ke posisi Rp14.953 di hadapan dolar AS. Mayoritas mata uang Asia juga terpantau bergerak melemah.
Dolar Hong Kong melemah 0,03 persen, dolar Singapura melemah 0,24 persen, dolar Taiwan melemah 0,01 persen, won Korea melemah 0,65 persen, peso Filipina melemah 0,52 persen, rupee India melemah 0,08 persen, yuan China melemah 0,09 persen, ringgit Malaysia melemah 0,68 persen dan bath Thailand melemah 0,03 persen. Hanya yen Jepang yang menguat 0,09 persen terhadap dolar AS.
Analis Samuel Sekuritas Lionel Priyadi mengatakan hari ini rupiah diperkirakan akan terdepresiasi menuju rentang IDR 14.900-15.000.
Hal itu disebabkan oleh pidato anggota dewan gubernur Fed Christopher Waller yang membuka peluang kenaikan suku bunga puncak (terminal) menjadi 5,5 persen memicu aksi jual di pasar saham dan obligasi global.
"Indeks-indeks saham AS turun lebih dari minus 0,5 persen tadi malam (24/5). Sementara itu, indeks-indeks saham di Eropa jatuh hampir minus 2 persen," katanya dalam riset harian, Kamis (25/5/2023).
Baca Juga
Gubernur Waller buka peluang kenaikan suku bunga puncak the Fed menjadi 5,5 persen pada bulan Juli. Kemungkinan tersebut dicetuskan oleh anggota Dewan Gubernur Fed Christopher Waller dalam pidatonya yang berjudul “Hike, Skip, or Pause”.
Merespon pernyataan Waller, pelaku pasar memperkirakan the Fed masih akan menahan suku bunga di 5,25 persen pada bulan Juni dan kembali menaikkan suku bunga pada bulan Juli sebesar 25 bps menjadi 5,5 persen. Walaupun ekspektasi pasar sudah semakin sejalan dengan pandangan para pejabat Federal Reserve, pasar masih menyimpan asa atas terjadinya Fed Pivot di semester II/2023 sebesar 50 bps menjadi 5 persen, yang menurut probabilita subjektif kami di bawah 10 persen.