Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terancam Didelisting dari Bursa, Sritex (SRIL) Masuk Injury Time

Sritex masih memiliki kewajiban restrukturisasi anak usaha di Singapura dan New York dan meminta waktu penyelesaian hingga akhir tahun 2024.
Seorang karyawan tengah memeriksa mesin di pabrik PT Sri Rejeki Isman Tbk./sritex.co.id
Seorang karyawan tengah memeriksa mesin di pabrik PT Sri Rejeki Isman Tbk./sritex.co.id

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk. (SRIL) atau Sritex meminta waktu untuk menyelesaikan restrukturisasi dan PKPU agar sahamnya yang disuspensi lebih dari dua tahun dan terancam delisting dapat kembali aktif diperdagangkan. 

Direktur keuangan Sritex Welly Salam mengatakan sudah tidak ada lagi kasus PKPU dan sudah selesai, sehingga saat ini tinggal penyelesaian restrukturisasi anak usaha di Singapura dan New York. 

“Terkait dua hal ini kami membutuhkan waktu cukup panjang karena proses hukum tidak bisa diprediksi, kami meminta batas waktu hingga akhir 2024,” katanya saat paparan publik, Jumat (26/5/2023). 

Welly mengklaim Sritex sudah berdiskusi dengan pihak bursa terkait suspensi saham yang didasari oleh penundaan pembayaran pokok dan bunga Medium Term Notes (MTN) Sritex Tahap III Tahun 2018 serta kasus PKPU dan restrukturisasi. 

Kasus PKPU disebut sudah selesai dengan penolakan peninjauan kembali salah satu kreditur oleh Mahkamah Agung. 

“Nanti kalau sudah selesai permasalahan restrukturisasi, tentunya kita akan mengikuti sesuai aturan bursa. Kita akan diminta melakukan mini public expose dan pihak bursa akan melakukan pembukaan perdagangan kembali,” lanjutnya. 

Sebelumnya pada pengumuman bursa pada 17 Mei 2023, saham SRIL sudah masuk masa suspensi 2 tahun terhitung 18 Mei 2023 dan terancam delisting. 

Bursa mengatakan Sritex masuk kategori emiten yang mengalami kondisi, atau peristiwa, yang secara signifikan berpengaruh negatif terhadap kelangsungan usaha emiten, baik secara finansial atau secara hukum, atau terhadap kelangsungan status emiten sebagai perusahaan terbuka, dan perusahaan tercatat tidak dapat menunjukkan indikasi pemulihan yang memadai.

Terkait dengan upaya pemulihan kinerja fundamental, Welly menyebut pihaknya menyusun beberapa strategi yaitu mengoptimalkan supply chain, untuk efisiensi kebutuhan modal kerja, memonitoring pelaksanaan perjanjian restrukturisasi, mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki, optimalisasi strategi pemasaran digital dan lainnya. 

Sehingga saat ini Sritex memiliki fokus di EBITDA dan arus kas yang positif terlebih ada kewajiban pembayaran bunga pasca restrukturisasi. Welly bilang pihaknya sudah menyiapkan cadangan khusus untuk pembayaran bunga yang sudah dijadwalkan. 

“kami memang memfokuskan pendapatan tapi juga cashflow, ditujukan untuk pembayaran bunga. Sejak september sudah melakukan pembayaran di kreditur, dari sekian banyak ada beberapa yang belum menyelesaikan legal administrasi restrukturisasi, itu sudah kami siapkan (cash flow),” imbuhnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper