Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

25 Tahun Reformasi, Menengok Kembali Kondisi Pasar Modal RI saat Krisis Melanda

Sentimen negatif perekonomian pada 1997-1998 membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tertekan di Bursa Efek Jakarta maupun Bursa Efek Surabaya.
Kerusuhan saat krisis moneter di Jakarta, Mei 1998. Bisnis/Firman Wibowo
Kerusuhan saat krisis moneter di Jakarta, Mei 1998. Bisnis/Firman Wibowo

Bisnis.com, JAKARTA — Pasar modal Indonesia tercatat telah melalui sejumlah krisis sejak kembali diaktivasi pada 1977. Salah satu gejolak yang dihadapi adalah Krisis Finansial Asia 1997 yang mengantarkan pemerintahan Soeharto tumbang pada 1998 setelah 32 tahun berkuasa.

Lengsernya Soeharto diwarnai dengan terganggunya stabilitas ekonomi dan sosial. Pertumbuhan ekonomi yang sempat mencapai 4,7 persen pada 1997 disusul dengan resesi hebat yakni penurunan 13,3 persen pada 1998. Tingkat inflasi kala itu bahkan menembus 77,63 persen.

Sentimen negatif perekonomian membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tertekan di Bursa Efek Jakarta maupun Bursa Efek Surabaya. IHSG yang sempat mencapai level tertinggi 554,10 di Bursa Efek Jakarta sempat menyentuh posisi terendah di 256,83 dan ditutup di 398,03.

Posisi penutupan itu mencerminkan penurunan 0,91 persen dibandingkan dengan penutupan 1997 dan lebih rendah 37,55 persen dibandingkan posisi akhir 1996 yang sempat bertengger di 637,43.

Berdasarkan emisi saham baru oleh emiten baru atau initial public offering (IPO), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Statistik Pasar Modal mencatat bahwa terdapat kenaikan jumlah emiten yang signifikan pada 1996—1997, dari 267 emiten menjadi 306 emiten atau naik 103,6 persen secara tahunan. Namun, pertumbuhan hanya mencapai 21,9 persen pada 1998 dengan jumlah emiten tercatat sebanyak 309 perusahaan.

Meski demikian, tambahan emiten naik signifikan pada 1999. Jumlah perusahaan tercatat bertambah 12 atau naik 1.039 persen secara tahunan.

Dari sisi aktivitas perdagangan saham, OJK melaporkan bahwa volume saham yang diperdagangkan mencapai 90,62 miliar lembar pada 1998 atau naik daripada 1997 yang berjumlah 76,59 miliar.

Meski demikian, nilai saham yang diperdagangkan tercatat turun dari Rp120,38 triliun pada 1997 menjadi Rp99,68 triliun pada 1998. Hal ini bisa menjadi indikasi bahwa telah terjadi penurunan nilai saham pada 1998.

Penurunan sejatinya juga terlihat pada bursa-bursa lain di kawasan Asia Tenggara. Krisis Finansial Asia pada 1997 tercatat membuat indeks bursa saham Asia Tenggara terkoreksi di atas 30 persen dengan penurunan terdalam pada SETI Thailand sebesar 6,23 persen jika dibandingkan dengan penutupan pada 1996. 

Penurunan mulai memperlihatkan perlambatan pada 1998. Bahkan bursa PSE Filipina memperlihatkan kenaikan 5,32 persen dan IHSG menjadi indeks berperforma terbaik kedua dengan koreksi di bawah 1 persen.

Sampai penutupan perdagangan Jumat (19/5/2023), IHSG tercatat parkir di 6.700,56 atau terkoreksi 2,19 persen secara year to date (YtD). Pelemahan IHSG tahun ini sejalan dengan sejumlah sentimen global mengenai perkembangan suku bunga bank sentral dan risiko resesi.

Berikut perbandingan performa indeks bursa saham Asia Tenggara saat penutupan 1996—1998 :

1998

1997

Perubahan (%)

1997

1996

Perubahan (%)

Indonesia (IHSG)

398,0

401,7

-0,92

401,7

637,4

-36,98

Singapura (SSI)

1.394,7

1.514,8

-7,93

1.514,8

2.202,6

-31,23

Malaysia (KLSE)

574,5

589,3

-2,51

589,3

1.209,0

-51,26

Thailand (SETI)

355,8

365,8

-2,73

365,8

835,7

-56,23

Filipina (PSE)

1.968,7

1.869,2

5,32

1.869,2

3.170,5

-41,04

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper