Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan sejumlah aset kripto diperkirakan akan tertopang oleh sentimen positif seperti pengumuman inflasi AS pekan lalu, pembicaraan mengenai pagu utang AS serta harapan pasar terhadap pidato Jerome Powell Jumat mendatang.
Berdasarkan data Coinmarketcap pukul 10.45 WIB, beberapa koin kripto bergerak menguat meskipun masih dalam tren penurunan. Aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar Bitcoin (BTC) terpantau menguat tipis dalam 24 jam sebesar 0,02 persen ke posisi US$27.104,05 per koin. Bitcoin terpantau masih dalam tren melemah 2,23 persen dalam sepekan.
Ethereum (ETH) terpantau naik 0,58 persen dalam waktu 24 jam meski akumulasi dalam sepekan masih berada di minus 1,14 persen ke posisi US$1.823,71 per koin. Sementara itu stablecoin USDT melemah 0,02 persen dalam 24 jam ke posisi US$1 per koin dan USDC terpantau melemah 0,01 persen ke posisi US$0,99 per koin.
Koin Cardano, Dogecoin dan Solana juga menguat masing-masing 2,20 persen, 2,04 persen dan 0,50 persen dalam waktu 24 jam.
Financial Expert Ajaib Kripto Panji Yudha mengatakan dalam risetnya pergerakan aset kripto terutama Bitcoin dan Ethereum dipengaruhi oleh inflasi AS, pembicaraan pagu utang AS serta pidato Jerome Powell Jumat nanti.
“BTC merespon positif penurunan inflasi AS sebesar 0,1 persen dari 5,0 persen pada Maret menjadi 4,9 persen pada bulan April 2023,” katanya dalam riset mingguan, dikutip Rabu (17/5/2023).
Baca Juga
Namun, turunnya inflasi AS masih jauh dari target The Fed yang menargetkan penurunan hingga 2 persen, sehingga The Fed menyatakan Bank Sentral AS kemungkinan akan mempertahankan suku bunga jika inflasi tetap tinggi. Pernyataan The Fed ini kembali menyebabkan tekanan terhadap Bitcoin selama akhir pekan lalu di kisaran US$25.850
“Ajaib Kripto memperkirakan pergerakan harga Bitcoin pekan ini berpotensi kembali menguji level resistance di US$27.800. Jika BTC mampu breakout maka BTC berpotensi lanjut menguat ke dynamic resistance MA-20 di kisaran US$28.150. Sebaliknya jika gagal menembus resistance, BTC akan kembali turun ke US$26.600 di atas US$26.600,” kata Panji Yudha.
Adapun sentimen positif pergerakan harga BTC pekan ini didorong oleh kemajuan pembicaraan plafon utang Amerika Serikat, di mana Parlemen AS diperkirakan akan dapat memecahkan kebuntuan saat ini dan mencapai kesepakatan untuk menaikkan anggaran Federal Reserve.
Hal ini memicu optimisme di pasar bahwa Amerika Serikat tidak akan gagal membayar utangnya. Terakhir kali pagu utang AS berada pada tingkat yang genting adalah pada tahun 2011. Pada saat itu, AS memutuskan untuk menaikkan plafon utang dan mencetak lebih banyak uang untuk menghindari default atau gagal bayar.
Minggu lalu, Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan default dapat terjadi paling cepat 1 Juni jika plafon utang tidak dinaikkan. Pernyataan tersebut telah menimbulkan banyak kekhawatiran di pasar pada pekan lalu. Selain itu, dalam minggu ini investor juga akan mencermati pernyataan Gubernur The Fed, Jerome Powell pada hari Jumat (19/5/2023) untuk mencari petunjuk tentang potensi perubahan suku bunga selanjutnya.
Untuk saat ini, kata Panji, investor bisa menerapkan strategi dollar cost averaging untuk mengantisipasi volatilitas yang terjadi di pasar aset kripto di tengah guncangan ekonomi AS. Dollar cost averaging adalah salah satu strategi investasi dengan metode sederhana yang memungkinkan investor berinvestasi secara rutin dalam periode tertentu.
Sedangkan bagi trader aset kripto, diharapkan untuk disiplin menerapkan dan memanfaatkan take profit dan stop loss guna untuk mengamankan potensi keuntungan dan meminimalisir potensi kerugian saat trading pada instrumen aset kripto.