Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah perusahaan tercatat bersiap menggelontorkan dana miliaran rupiah untuk melakukan aksi pembelian kembali saham publik atau buyback saham di tengah pasar yang berfluktuasi. Sepanjang 2023, indeks komposit masih terkoreksi 2,03 persen.
Aksi buyback sendiri dilakukan oleh emiten dari berbagai sektor, mulai dari energi, konsumer, ritel, hingga investasi. Beberapa di antaranya bahkan menyiapkan dana hingga ratusan miliar untuk menambah nilai pemegang saham. Berikut sejumlah emiten yang telah mendapat restu pemegang saham maupun yang berencana melaksanakan buyback.
PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC)
MEDC berencana membeli kembali sebanyak-banyaknya 100 juta lembar saham publik atau 0,39 persen dari modal ditempatkan dan disetor sehingga tidak akan melebihi 10 persen saham, termasuk saham treasuri. Medco bakal menyiapkan dana sebanyak-banyaknya US$8 juta atau sekitar Rp120 miliar untuk mengeksekusi aksi korporasi ini.
Pelaksanaan buyback sendiri akan dilaksanakan paling lama 18 bulan sejak pelaksanaan rapat umum pemegang saham (RUPS) yang jatuh pada 31 Mei 2023 sampai dengan 30 November 2025. Manajemen MEDC menyebutkan aksi korporasi ini merupakan jalan tengah untuk menyeimbangkan return on equity (ROE).
Baca Juga
PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG)
Emiten menara Grup Saratoga TBIG bakal membeli kembali saham publik dengan anggaran maksimal Rp2,5 triliun. Buyback akan menyasar setidaknya 1,13 miliar saham atau 5 persen dari jumlah saham yang ditempatkan dan disetor. Pembelian kembali dilaksanakan mulai 4 Mei 2023 sampai dengan 3 Agustus 2023 dan dilakukan sehingga harga saham TBIG mencerminkan kondisi fundamental dan prospek saham perusahaan.
PT Bank Amar Indonesia Tbk. (AMAR)
AMAR bakal melakukan buyback dengan dana yang disiapkan mencapai Rp120 miliar. Buyback akan menyasar 2 persen dari jumlah saham ditempatkan dan disetor. Aksi buyback sendiri dilakukan untuk memberikan remunerasi kepada karyawan setelah AMAR melakukan RUPST pada 20 Juni 2023.
PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA)
Emiten tambang MDKA menjadi perusahaan teranyar yang mengumumkan rencana buyback. MDKA bakal menyiapkan anggaran Rp600 miliar untuk membeli kembali sebanyak-banyaknya 120 juta saham atau 0,5 persen dari total modal ditempatkan dan disetor.
Pembelian kembali saham yang rencananya dieksekusi paling lama 18 bulan sejak RUPST 21 Juni 2023 sampai dengan 22 Desember 2024. Manajemen MDKA menjelaskan buyback dilaksanakan untuk menjaga stabilitas harga saham sehingga mencerminkan kinerja fundamental MDKA.
PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG)
Emiten patungan Sandiaga Uno dan Edwin Soeryadjaya SRTG juga berencana melakukan buyback 50 juta lembar saham senilai Rp150 miliar. Rencana aksi tersebut telah mendapat persetujuan pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan dan Luar Biasa (RUPST/RUPSLB) yang digelar Senin (15/5/2023).
Berdasarkan prospektus, jumlah saham yang akan dibeli kembali adalah sebanyak-banyaknya 0,33 persen dari modal disetor perseroan. Pelaksanaan pembelian kembali saham sehubungan dengan pelaksanaan program insentif jangka panjang kepada karyawan SRTG.
PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO)
Emiten Boy Thohir ADRO telah mengeksekusi buyback 1,02 miliar saham dalam kurun 15 Februari—15 Mei 2023. Kendati demikian, Adaro bakal kembali melakukan buyback karena telah mendapatkan restu pemegang saham pada RUPST 11 Mei 2023.
ADRO menyiapkan dana hingga Rp4 triliun untuk menyerap saham publik. Aksi ini setidaknya akan menyasar 10 persen dari modal yang ditempatkan ADRO dan dieksekusi dalam kurun selambat-lambatnya 18 bulan sejak mendapat persetujuan pemegang saham.
PT Provident Investasi Bersama Tbk. (PALM)
PALM menjadi emiten Boy Thohir lainnya yang juga menyiapkan aksi buyback. Berdasarkan keterbukaan informasi, PALM menyiapkan alokasi dana sebanyak-banyaknya Rp80,65 miliar.
PALM menyatakan pembelian kembali saham akan menyasar sebanyak-banyaknya 103.950.000 saham atau 1,46 persen dari seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh. Untuk memuluskan rencana tersebut, PALM akan meminta restu para pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) yang rencananya akan digelar pada 21 Juni 2023.
PT Matahari Department Store Tbk. (LPPF)
Emiten ritel PT Matahari Department Store Tbk. (LPPF) telah mengantongi restu para pemegang sahamnya pada 29 Maret 2023 untuk menggelontorkan maksimal Rp200 miliar dalam rangka pembelian kembali saham publik atau buyback.
Aksi borong saham publik ini bakal menyerap setidaknya 10 persen dari modal disetor dan ditempatkan dan akan dilakukan pada Saham Seri C. LPPF menyatakan pembelian kembali saham akan dibatasi dengan harga maksimal Rp7.900 per saham sesuai dengan ketentuan dalam POJK 30/2017.
PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA)
Emiten sektor perunggasan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA) juga tercatat telah mendapatkan restu dari para pemegang sahamnya untuk menggelar aksi buyback dengan nilai Rp350 miliar. Aksi ini dilaksanakan di tengah penurunan harga saham Japfa selama enam bulan terakhir.
Buyback yang menyasar 1,5 persen dari seluruh saham yang ditempatkan ini dapat dilaksanakan mulai 6 April 2023 sampai dengan 31 Maret 2024. Japfa mengemukakan pelaksanaan buyback dilaksanakan untuk meningkatkan nilai pemegang saham JPFA karena dapat meningkatkan return of equity (ROE). Selain itu, buyback akan memberikan fleksibilitas yang lebih besar bagi Japfa Comfeed dalam mengelola modal dan memaksimalkan pengembalian kepada pemegang saham.
PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk. (GOOD)
Produsen kacang Garuda GOOD juga akan membeli sebanyak-banyaknya 0,28 persen saham dengan perkiraan jumlah nilai nominal saham yang akan dibeli Rp49,87 miliar dan dana yang disiapkan sebesar Rp50 miliar.
Dalam keterbukaan informasi, manajemen Garudafood menjelaskan aksi buyback dilakukan agar perseroan dapat memiliki fleksibilitas untuk menjaga stabilitas harga saham jika kinerja saham tidak mencerminkan nilai atau kinerja fundamental. Aksi Buyback ini telah mendapat persetujuan RUPS pada 14 April 2023 dan bisa mengeksekusi aksi korporasi tersebut paling lambat dalam periode 18 bulan setelahnya.