Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah perusahaan hulu tambang batu bara domestik tengah mempelajari peluang ekspor tambahan selepas keinginan China untuk memangkas produksi batu mereka sebanyak 50 juta ton pertengahan tahun ini.
Pengurangan rencana produksi itu diambil Pemerintah Negeri Panda di 32 lokasi tambang batu bara di Mongalia Dalam setelah kecelakaan maut pada Februari lalu yang belakangan menyorot perhatian nasional negara itu.
Ketua Indonesian Mining and Energy Forum (IMEF) Singgih Widagdo mengatakan sebagian pelaku usaha masih mengkaji potensi tambahan ekspor ke China dalam beberapa waktu mendatang. Hanya saja, kata Singgih, belum jelas spesifikasi batu bara yang berpotensi hilang dari rencana penyetopan produksi China tersebut.
“Belum ada informasi kualitasnya berapa karena Mongalia itu corporate kayak kita, RKAB-nya beberapa company tidak boleh naik kan,” kata Singgih saat dihubungi, Kamis (11/52023).
Menurut Singgih, kesempatan Indonesia bakal tipis jika produksi yang hilang di China berasal dari batu bara dengan kualitas tinggi. Situasi itu, kata dia, justru bakal menguntungkan Australia dan Rusia.
“Kalau yang dipotong produksinya itu pas kualitas tinggi kan sama saja, kehausannya itu bukan berasal dari batu bara yang mayoritas ada di Indonesia,” kata dia.
Baca Juga
Sementara itu, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia menilai rencana pemangkasan produksi batu bara di China saat ini tidak banyak berpengaruh untuk ekspor Indonesia.
Berdasarkan data yang dihimpun APBI, rencana pemangkasan produksi batu bara China itu menyasar pada batu bara metalurgi atau kualitas tinggi yang jarang di Indonesia.
Batu bara jenis ini jamak digunakan oleh pabrik baja yang memiliki kandungan abu, kelembaban, belerang dan fosfor yang rendah. Adapun produk utama dari batu bara jenis ini adalah kokas yang banyak dihasilkan Australia hingga Rusia.
“Belum ada pengaruhnya ke domestic thermal coal prices basis 5500, dalam jangka pendek justru pergerakannya masih koreksi,” kata Hendra saat dikonfirmasi.
Adapun harga batu bara di pasar ICE Newcastle kembali mengalami pelemahan pada perdagangan Kamis (11/5/2023) ke level US$166,95 per ton. Harga tersebut turun 1,21 persen secara harian.
Seperti dikutip dari Bloomberg, sekitar 30 tambang yang disetop produksinya memiliki kapasitas produksi batu bara gabungan 26,55 juta ton per tahun, dengan 23,55 juta perluasan lainnya disetujui, Dua lokasi lainnya dengan kapasitas 1,5 juta ton diminta untuk memperbaiki risiko keselamatan atau risiko kehilangan 2,7 juta ton persetujuan ekspansi.
Namun demikian, potensi penurunan produksi dari China tersebut terbukti tidak mampu mengerek harga emas hitam tersebut.