Bisnis.com, JAKARTA - China sebagai produsen dan konsumen batu bara terbesar di dunia, menghentikan 50 juta ton produksi setelah kecelakaan mematikan. Hal ini berpotensi berimbas terhadap harga batu bara global.
Cina menghentikan operasi di 32 lokasi produksi batu bara di Mongolia Dalam setelah kecelakaan maut pada Februari yang memicu pemeriksaan keselamatan nasional menguti Bloomberg.
Operasi yang terkena dampak adalah lubang terbuka dengan lereng curam di tepi area penambangan. Itu menimbulkan risiko keselamatan yang serupa dengan kecelakaan fatal, di mana tanah longsor menyebabkan 53 orang tewas atau hilang, menurut laporan publikasi industri Thermal Coal Group, mengutip National Mine Safety Administration.
Pejabat di regulator keselamatan tidak menanggapi panggilan untuk meminta komentar. China meningkatkan produksi batu bara ke rekor 4,5 miliar ton tahun lalu dan terus menyetujui kapasitas baru untuk menghilangkan kekhawatiran akan krisis listrik lainnya setelah serangkaian kekurangan yang membatasi aktivitas industri.
Cuaca ekstrem telah menambah ketidakpastian pasokan — meningkatkan kebutuhan AC pasa musim panas ke tingkat rekor. Tingginya kebutuhan listrik turut memicu konsumsi batu bara.
Sekitar 30 tambang yang disetop memiliki kapasitas produksi batu bara gabungan 26,55 juta ton per tahun, dengan 23,55 juta perluasan lainnya disetujui, menurut laporan tersebut. Regulator telah membatalkan rencana ekspansi tersebut.
Baca Juga
Dua lokasi lainnya dengan kapasitas 1,5 juta ton diminta untuk memperbaiki risiko keselamatan atau risiko kehilangan 2,7 juta ton persetujuan ekspansi, menurut laporan.