Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Bisa Makin Perkasa, Sinyal The Fed Kendurkan Kenaikan Suku Bunga

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diprediksi akan semakin kokoh dengan ekspektasi The Fed akan menahan kenaikan suku bunga di kisaran 5-5,25 persen.
Karyawan memperlihatkan uang rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Jakarta, Rabu (6/72022). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawan memperlihatkan uang rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Jakarta, Rabu (6/72022). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berpotensi semakin perkasa, setelah Federal Open Market Committee (FOMC) yang memutuskan mengerek suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada kisaran 5-5,25 persen.

Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra mengatakan saat ini pasar melihat bahwa sikap The Fed akan menahan kenaikan suku bunga acuannya setelah kenaikan 25 bps. Oleh sebab itu, sinyal pengetatan The Fed akan segera berakhir.

"Hal tersebut mendorong penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Eksptektasi ini tentunya akan bertahan bila data-data ekonomi AS mendukung, dalam artian menunjukan pelemahan terutama data inflasi yang menjadi fokus Bank Sentral AS," ujar Ariston kepada Bisnis, Kamis (4/5/2023).

Di lain sisi, China sebagai negara manufaktur mengumumkan bahwa data aktivitas manufaktur atau The Purchasing Managers Index (PMI) turun pada April 2023 ke level 49,2. Realisasi tersebut lebih rendah dari periode Maret 2023 yang berada di level 51,9. Padahal, China tahun ini tengah menggaungkan kampanye Open Border usai dihantam pandemi Covid-19. 

Lebih lanjut dia mengatakan, meski pertumbuhan ekonomi China terlihat masih belum stabil, beberapa data sudah menunjukkan perbaikan sehingga kemungkinan berangsur-angsur akan kembali pulih.

"Beberapa data sudah menunjukkan perbaikan seperti data aktivitas sektor jasa, tingkat pengangguran, tingkat keyakinan konsumen dan data pertumbuhan PDB-nya. Jadi belum tentu ekonomi China akan melambat lagi, kecuali ada gangguan lain seperti Covid-19 atau masalah lainnya," katanya.

Menurut Ariston, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diprediksi akan semakin kokoh dengan ekspektasi The Fed akan menahan kenaikan suku bunga di kisaran 5-5,25 persen.

"Oleh karena itu, dalam waktu dekat, kemungkinan penguatan rupiah masih tersupport dengan ekspektasi The Fed yang akan menahan kenaikan suku bunganya tersebut," pungkasnya.

Adapun, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup menguat ke posisi Rp14.685 pada perdagangan Kamis (4/5/2023).

Berdasarkan data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup menguat 0,05 persen ke posisi Rp14.685. Sementara itu indeks dolar AS terkoreksi 0,03 persen ke level 101,31 pada hari ini. 

Bersamaan dengan menguatnya rupiah, seluruh mata uang kawasan Asia juga ditutup menguat terhadap dolar AS pada hari ini. Won Korea Selatan naik 1,16 persen, baht Thailand naik 0,30 persen, ringgit Malaysia naik 0,20 persen, dolar Singapura naik 0,17 persen, dan dolar Taiwan naik 0,13 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper