Bisnis.com, JAKARTA - Prospek harga emas diprediksi akan semakin cerah, terutama setelah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang memutuskan target suku bunga acuan naik sebesar 25 basis poin atau 0,25 persen, yakni pada kisaran 5-5,25 persen. Level ini menjadi level tertinggi sejak 2007.
Di saat yang bersamaan, China sebagai negara manufaktur mengumumkan bahwa data aktivitas manufaktur atau The Purchasing Managers Index (PMI) turun pada April 2023 ke level 49,2.
Realisasi tersebut lebih rendah dari periode Maret 2023 yang berada di level 51,9 atau kontraksi yang pertama sejak Desember 2022. Padahal, China tahun ini tengah menggaungkan campaign "Open Border' usai dihantam pandemi Covid-19.
Chief Analyst DCFX Futures Lukman Leong mengatakan kedua sentimen tersebut mendukung harga emas. Suku bunga The Fed berada di level tertinggi dalam 16 tahun namun diperkirakan telah mencapai puncaknya. Usai pertemuan FOMC, ekspektasi pasar untuk The Fed menurunkan suku bunga tahun ini meningkat menjadi 75 persen.
"Harapan pada The Fed mengakhiri siklus pengetatan ini mendukung harga emas. Data PMI China yang terkontraksi setelah pembukaan kembali ekonomi mereka mencerminkan ketidakpastian yang nyata pada perekonomian global," ujar Lukman kepada Bisnis, Kamis (4/5/2023).
Lebih lanjut dia mengatakan data Caixin menunjukkan lemahnya pemesanan yang memicu penurunan pada produksi. Ekonomi China diperkirakan akan menyumbangkan setengah dari pertumbuhan ekonomi global, apabila ekonomi China tidak sebagus yang diharapkan, maka perkeonomian global akan semakin terpuruk.
Baca Juga
"Kemerosotan ekonomi global akan mendukung investor untuk mengalihkan aset mereka ke safe haven emas," katanya.
Seiring prospek harga emas yang diprediksi makin cerah, prospek saham emiten yang bergerak di industri emas juga akan semakin mengilap. Beberapa emiten sektor emas di antaranya yakni PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA), PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) dan lain-lain.
"Dengan ekspektasi harga emas yang akan terus meningkat, prospek saham emiten di industri tersebut juga akan semakin baik. Harga emas masih akan terus didukung oleh permintaan dari bank sentral dan permintaan safe haven investor," pungkas Lukman.
Diberitakan sebelumnya, Harga emas dunia menguat pada akhir perdagangan Kamis pagi WIB karena kenaikan suku bunga Federal Reserve (The Fed) sehingga membawa harga berada di atas level psikologis US$2.000 per ounce.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Juni di divisi Comex New York Exchange, terangkat US$13,70 atau 0,68 persen menjadi ditutup pada US$2.037,00 per ounce, setelah menyentuh level tertinggi sesi di US$2.045,40 dan terendah di US$2.016,00.