Bisnis.com, JAKARTA – Emiten perkebunan PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. (ANJT) mencatatkan kenaikan produksi Tandan Buah Segar (TBS) sebesar 8,7 persen, sedangkan produksi CPO dan Palm Kernel (PK) menurun sepanjang kuartal I/2023.
Direktur Keuangan ANJT Nopri Pitoy menjelaskan bahwa penurunan produksi CPO dan PK terutama dikarenakan penurunan pembelian buah luar di salah satu perkebunan yang diakibatkan oleh pembatasan akses jalan pada ukuran truk pengantar TBS.
“Akan tetapi, sejak April 2023, ANJT telah meningkatkan kembali pembelian TBS eksternal di perkebunan tersebut,” katanya dalam keterangan tertulis, Selasa (2/5/2023).
ANJT mencatatkan produksi TBS sebesar 189.662 juta ton, meningkat 8,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 174.424 juta ton. Peningkatan tersebut terutama dikontribusikan oleh perkebunan yang telah melakukan replanting, atau penanaman kembali, yaitu perkebunan di Pulau Belitung dan Sumatera Utara I serta perkebunan Sumatera Utara II dan Kalimantan Barat.
Sementara itu, perkebunan Papua Barat Daya mengalami penurunan produksi TBS sebesar 8,1 persen akibat tandan partenokarpi yang disebabkan oleh intensitas hujan yang tinggi selama tahun 2022 yang mempengaruhi pembentukan buah. Hal ini mempengaruhi kualitas TBS yang dikirim ke pabrik sehingga turut berkontribusi pada penurunan produksi.
“Perkebunan di Pulau Belitung mencatat total produksi TBS sebesar 54.070 mt, meningkat 26,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yaitu sebesar 42.797 mt,” katanya.
Baca Juga
Demikian juga perkebunan Sumatera Utara I, yang telah memulai program replanting sejak 2018, memproduksi total TBS sebesar 29.911 mt, meningkat 5 persen di atas total produksi TBS pada pada periode yang sama tahun lalu, yaitu sebesar 28.488 mt.
Sementara itu, produksi CPO (Crude Palm Oil) dan PK (Palm Kernel) ANJT menurun sebesar 0,6 persen dan 2,5 persen menjadi 60.051 juta ton dan 11.517 juta ton. Alhasil, penjualan CPO ikut menurun sebesar 3,3 persen menjadi 58.103 juta ton dibandingkan 60.057 juta ton pada periode yang sama tahun 2022.
Di tengah kondisi penurunan harga jual rata-rata CPO dan PK yang terkoreksi sebesar 27,5 persen sebagai dampak dari jumlah produksi sawit lebih tinggi dan penurunan harga minyak nabati lain di tengah kekhawatiran kemungkinan resesi ekonomi global, ANJ mencatatkan penurunan pendapatan 32,7 persen menjadi US$50,9 juta per Maret 2023 dan rugi bersih sebesar US$3,9 juta.