Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Memanas Saat Lebaran 2023, Siapa Biang Keroknya?

Harga minyak mentah kembali menguat pada sesi penutupan akhir pekan di Amerika Serikat atau Sabtu (22/4/2023).
Ilustrasi. Tanki penimbunan minyak./Bloomberg
Ilustrasi. Tanki penimbunan minyak./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah ditutup menguat baik jenis WTI Berjangka maupun Brent pada penutupan perdagangan AS atau Sabtu (22/4/2023) waktu Indonesia seiring dengan keputusan OPEC+ mengurangi produksi. 

Berdasarkan data Bloomberg, minyak mentah jenis WTI berjangka naik 0,92 persen ke posisi US$77,82 per barel. Sementara itu minyak mentah jenis Brent menguat 0,80 persen ke level US$81,75 per barel. 

Sebelumnya, pada perdagangan Jumat (21/4/2023), minyak mentah berada di level terendah sejak pengumuman tak terduga pada awal April tentang pengurangan produksi oleh beberapa negara OPEC yang tetap di jalur untuk penurunan mingguan sekitar 5 persen.

Mengutip Reuters, kenaikan harga kedua jenis minyak mentah ini seiring dengan meningkatnya permintaan di sektor jasa Permintaan meningkat di sektor jasa Eropa seiring dengan penurunan manufaktur yang semakin dalam

"Sepertinya ekonomi rebound dari musim dingin yang lemah saat ini, tetapi kelemahan manufaktur tetap menjadi perhatian dan meredam kenaikan," kata ekonomi ING dalam sebuah catatan.

Bisnis Inggris juga melaporkan lonjakan aktivitas dan inflasi biaya input paling lambat dalam lebih dari dua tahun berdasarkan sebuah survei industri Inggri, Jumat (21/4/2023). 

Prospek pasokan yang lebih ketat menambah dukungan lebih lanjut, dengan analis memperkirakan penarikan dari persediaan mulai bulan depan, karena berkurangnya target produksi OPEC dan meningkatnya permintaan China.

"Pengetatan pasokan yang dapat diperkirakan kemungkinan akan mendorong harga naik dalam jangka menengah," kata Commerzbank dalam sebuah catatan.

Raksasa jasa ladang minyak SLB mengalahkan perkiraan Wall Street untuk laba kuartal pertama, karena kenaikan harga minyak mentah dan pasokan yang ketat meningkatkan permintaan untuk layanannya.

Kendati demikian, ketidakpastian ekonomi dan prospek kenaikan suku bunga terus menggantung di pasar minyak.

"Inti dari serangan kelesuan harga saat ini adalah kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga dapat memukul pertumbuhan ekonomi," kata Stephen Brennock dari broker minyak PVM.

Federal Reserve AS, Bank of England dan Bank Sentral Eropa semuanya diperkirakan akan menaikkan suku bunga ketika mereka bertemu pada minggu pertama bulan Mei, berusaha untuk mengatasi inflasi yang sangat tinggi.

Sementara itu, data pada hari Kamis (20/4/2023) menunjukkan klaim pengangguran mingguan AS naik pekan lalu, meningkatkan kekhawatiran resesi dan permintaan bahan bakar yang lebih rendah dari AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper