Bisnis.com, JAKARTA — PT Lippo Karawaci Tbk. (LPKR) melalui anak usahanya PT Irama Karya Megah (IKM) melakukan penjualan properti senilai Rp90 miliar kepada PT Gempita Nusa Sejahtera (GNS).
Corporate Secretary LPKR Ratih Safitri mengatakan PT IKM menjual tanah senilai Rp90 miliar dengan luas 4.442 meter persegi yang terletak di Kecamatan Sukolilo, Kota Surabaya, Propinsi Jawa Timur.
Pelunasan pembayaran transaksi atas lahan tersebut telah dilakukan oleh PT GNS kepada PT IKM pada tanggal Penandatanganan Perjanjian Pengikatan Jual Beli Bersyarat (PPJB), yakni 14 April 2023.
“Transaksi ini membawa dampak positif bagi perseroan dan akan memperkuat neraca serta meningkatkan alur kas perseroan,” ujar Ratih melalui keterbukaan informasi dikutip Rabu (19/4/2023).
PT GNS merupakan anak perusahaan PT Siloam International Hospitals Tbk. (SILO). Emiten rumah sakit tersebut merupakan perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh LPKR sebesar 58,07 persen baik secara langsung maupun tidak langsung.
“Sehingga transaksi ini merupakan transaksi afiliasi,” tuturnya.
Baca Juga
Lebih lanjut, dia mengatakan transaksi tersebut merupakan transaksi afiliasi yang dikecualikan berdasarkan Pasal 8 Peraturan OJK No. 42/POJK.04/2020 tentang Transaksi Afiliasi dan Transaksi Benturan Kepentingan serta tidak mengandung benturan kepentingan.
Transaksi tersebut dikecualikan lantaran merupakan transaksi yang berhubungan dengan kegiatan usaha yang dijalankan oleh LPKR dalam rangka menghasilkan pendapatan usaha dan dijalankan secara rutin.
LPKR mencatat rugi bersih sebesar Rp2,69 triliun sepanjang 2022. Rugi tersebut membengkak dari Rp1,60 triliun pada 2021.
Pembengkakkan kerugian terjadi seiring adanya penurunan pendapatan 10,41 persen sepanjang 2022. LPKR membukukan pendapatan Rp14,80 triliun atau turun dari Rp16,52 triliun dibanding periode yang sama tahun lalu.
Group CEO LPKR John Riady mengatakan adanya latar belakang perekonomian makro membuat perseroan perlu menyesuaikan strategi. Hal ini demi memitigasi dampak keuangan dari ketidakpastian ekonomi.
“Kami menyadari latar belakang ekonomi makro yang menantang, dan perlu menyesuaikan strategi kami untuk memitigasi dampak keuangan dari ketidakpastian ekonomi yang lebih besar dan kenaikan suku bunga, di antara faktor-faktor lainnya," ungkapnya dalam keterangan pers, Senin (3/4/2023).