Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah dibuka melemah ke posisi Rp14.779 mengawali perdagangan pekan ini, Senin (17/4/2023), sementara itu indeks dolar AS terpantau menguat 0,17 persen ke posisi 101.418.
Berdasarkan data Bloomberg pukul 09.00 WIB, rupiah dibuka melemah 0,51 persen atau 75 poin ke posisi Ro14.779 setelah pada pekan lalu ditutup di level Rp14.704.
Mayoritas mata uang Asia juga terpantau bergerak melemah terhadap dolar AS, hanya rupee India yang menguat 0,28 persen.
Yen Jepang melemah 0,02 persen, dolar Hong Kong melemah 0,01 persen, dolar Singapura melemah 0,12 persen, dolar Taiwan melemah 0,27 persen, won Korea melemah 0,91 persen, peso Filipina melemah 0,50 persen, yuan China melemah 0,12 persen, ringgit Malaysia melemah 0,43 persen dan bath Thailand melemah 0,10 persen.
Sementara itu, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan rupiah akan dibuka fluktuatif pada perdagangan Senin tetapi ditutup menguat ke Rp14.680—14.740 per dolar AS.
Ibrahim menyebutkan pergerakan rupiah dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Dari sisi eksternal indeks harga produsen (PPI) Amerika Serikat untuk permintaan akhir turun 0,5 persen pada Maret 2023. Dalam kurun setahun, PPI telah meningkat 2,7 persen dan merupakan kenaikan tahunan terkecil sejak Januari 2021.
Baca Juga
Sementara itu, inflasi inti meningkat 5,6 persen pada Maret 2023 dari 5,5 persen pada bulan sebelumnya.
“Pedagang berjangka dana Fed memperkirakan suku bunga acuan Fed mencapai puncaknya di 5,01 persen pada Juni, dari 4,83 persen sekarang, sebelum turum kembali ke 4,34 persen pada Desember. Rilis ekonomi utama AS berikutnya adalah penjualan ritel pada hari Jumat, yang akan dianalisis untuk mengetahui bagaimana inflasi mempengaruhi pengeluaran konsumen,” tulis Ibrahim.
Data lain pada Kamis menunjukkan bahwa jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran meningkat lebih dari yang diharapkan minggu lalu, tanda lebih lanjut bahwa kondisi pasar tenaga kerja mengendur karena biaya pinjaman yang lebih tinggi mengurangi permintaan dalam perekonomian.
Dari dalam negeri, ekonom memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I/2023 tumbuh di bawah 5 persen, antara 4,7 persen hingga 4,9 persen. Pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang antara lain oleh konsumsi rumah tangga dan investasi.
“Konsumsi rumah tangga diperkirakan masih menyumbang separuh dari pertumbuhan ekonomi 2023, sedangkan kontribusi investasi akan lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi pada tahun ini,” lanjutnya.
Sementara kontribusi net ekspor akan sedikit lebih kecil dibandingkan dengan tahun lalu, tetapi masih di level 20 persen, dan yang paling kecil menyumbang terhadap pertumbuhan ekonomi 2023 adalah konsumsi pemerintah.
Konsumsi pemerintah diperkirakan mengalami kontraksi, meski tidak akan sedalam 2022. Hal itu tidak terlepas dari normalisasi kebijakan fiskal dan moneter pemerintah. Selain itu, investasi pada 2023 lebih berketahanan terhadap tekanan global bahkan cenderung menguat.