Bisnis.com, JAKARTA – Emiten Grup Barito milik taipan Prajogo Pangestu, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA) akan mengeluarkan laporan keuangan kuartal I/2023 Juni mendatang dengan pembukuan laba bersih. Sebelumnya pada 2022, TPIA mencatatkan rugi bersih.
Direktur Chandra Asri Suryadi menjelaskan pada kuartal I/2023, TPIA telah membukukan kinerja yang positif diiringi dengan sentimen positif harga minyak mentah yang mengalami normalisasi.
“Angkanya tunggu laporan resmi saja, tapi kinerja kuartal I sudah positif,” kata Suryadi, Jumat (14/4/2023).
Sementara itu, berdasarkan keterbukaan informasi pada laman Bursa Efek Indonesia, TPIA menyebutkan akan melaporkan laporan keuangan audit kuartal I/2023 paling lama akhir Juni 2023.
“Sehubung dengan audit laporan keuangan interim oleh akuntan publik maka perseroan akan menyampaikan laporan keuangan interim paling lambat pada akhir bulan Juni 2023,” tulis Manajemen, dikutip Senin (17/4/2023).
Sebelumnya dalam laporan keuangan 2022, TPIA membukukan rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$149,53 juta pada 2022 atau sekitar Rp2,33 triliun (kurs JISDOR Bank Indonesia 30 Desember 2022 Rp15.592).
Baca Juga
Posisi bottom line itu kontras dengan performa pada 2021 ketika Chandra Asri membukukan laba bersih sebesar US$151,98 juta.
TPIA membukukan pendapatan bersih sebesar US$2,38 miliar pada 2022, turun 7,6 persen dibandingkan dengan 2021 yang mencapai US$2,58 miliar. Manajemen menjelaskan penurunan pendapatan dipengaruhi oleh gangguan pasokan dan permintaan eksternal yang menyebabkan volume penjualan terkoreksi secara keseluruhan pada 2022.
Suryadi mengklaim meskipun mengalami kerugian, pihaknya akan menerapkan manajemen finansial yang lebih hati-hati.
“kita terapkan ketahanan finansial, di kas sendiri ada dana sekitar US$2 miliar,” jelasnya.
Dari kas tersebut sekitar US$100 juta akan digunakan untuk belanja modal atau (capex) dengan alokasi untuk modal kerja, operasional dan rencana ekspansi.
TPIA melakukan beberapa ekspansi seperti membangun pabrik chlor-alkali berskala dunia dengan Indonesia Investment Authority (INA) bekerja sama mengembangkan pabrik chlor-alkali berskala dunia di Indonesia.
“Final Investment Decision tahun ini, konstruksinya kuartal I atau kuartal II dan pembangunan selama 3 tahun,” katanya.
Selain itu, pembangunan Chandra Asri Perkasa (CAP2) yang tertunda selama dua tahun karena pandemi, politik dan prospek industri petrokimia akan mulai ditinjau dalam 6 bulan hingga akhir tahun.