Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,49 persen ke posisi 6.818 pada perdagangan Jumat (14/4/2023). Penguatan IHSG terjadi setelah rilis data inflasi Amerika Serikat memperlihatkan pelemahan pada Maret 2023.
Berdasarkan data RTI, IHSG naik 32 poin dan sempat mencapai posisi tertinggi di 6.838 dan terendah di 6.801. Sebanyak 220 saham ditutup parkir di zona hijau, 300 saham melemah, dan 201 lainnya ditutup di posisi yang sama dengan harga kemarin.
Di jajaran saham-saham paling aktif secara nilai, peningkatan terbesar terjadi pada MDKA 4,6 persen, BBRI 1,91 persen, GOTO 1,1 persen dan MEDC 5,83 persen. Selain itu, total volume saham yang beredar hari ini diperkirakan mencapai 15,04 miliar dengan nilai mencapai Rp10,13 triliun. Adapun transaksi saham yang terjadi hari ini sebanyak 1,18 juta kali.
Sebelumnya, Tim Analis MNC Sekuritas menjelaskan pada perdagangan kemarin, IHSG kembali ditutup terkoreksi 0,2 persen ke 6.785 dan masih didominasi oleh tekanan jual.
“Selama IHSG masih mampu bergerak di atas 6,735 sebagai support terdekatnya, maka posisi IHSG saat ini masih berada pada bagian dari wave (b) dari wave [ii] dan IHSG masih berpeluang menguat kembali untuk menguji 6.833-6.840, kata mereka dalam riset harian, Jumat (14/4/2023).
Namun, Tim Analis mengatakan investor harus waspadai apabila IHSG menembus 6.735, dimana IHSG akan membentuk wave (c) dari wave [ii] dengan arah koreksi ke 6.667-6.705.IHSG hari ini memiliki support di level 6.704, 6.587 dan level resistance di angka 6.868, 6.890.
Baca Juga
Sebelumnya, Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan mengatakan resistance IHSG akan berada di 6.835 dengan support pada 6.750. Menurutnya, IHSG berpotensi rebound ke kisaran 6.820-6.835 di Kamis (13/4/2023), seiring dengan sejumlah sentimen positif eksternal.
Secara teknikal, IHSG kembali membentuk lower-shadow panjang di Rabu (12/4/2023). Stochastic RSI berpotensi membentuk golden cross di kisaran oversold area, menjaga peluang rebound tersebut.
"IHSG hari ini kemungkinan besar ditopang oleh respon pasar terhadap data inflasi AS," tulis Valdy, Kamis (13/4/2023).
Dari eksternal, koreksi berlanjut pada mayoritas indeks Wall Street di perdagangan Rabu (12/4/2023). Koreksi tersebut dipicu oleh risalah FOMC The Fed bulan Maret 2023 yang menunjukan kekhawatiran bank sentral tersebut terhadap potensi mild recession di AS di akhir tahun 2023.
Kekhawatiran ini didasari oleh potensi dampak ekonomi dari perkembangan situasi sektor perbankan di AS setelah penutupan SVB dan Signature Bank di akhir Februari 2023.
"Penurunan inflasi di AS yang lebih dalam dari perkiraan di Maret 2023 belum mampu mengimbangi kekhawatiran di atas," tuturnya.
Inflasi di AS turun ke 5 persen yoy di Maret 2023, dari 6 persen yoy di Februari 2023, lebih rendah dari perkiraan di 5,2 persen yoy. Akan tetapi inflasi inti masih bertahan di 5,6 persen yoy di Maret 2023.