Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia dan IHSG Melemah Jelang Data Inflasi AS dan Risalah The Fed

Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang turun 0,17 persen dalam perdagangan yang berfluktuasi.
Salah satu layar perdagangan di bursa saham China./Bloomberg
Salah satu layar perdagangan di bursa saham China./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Mayoritas bursa Asia melemah pada perdagangan Rabu (12/4/2023) menjelang laporan inflasi AS yang akan memengaruhi seberapa cepat Bank Sentral Federal Reserve mengakhiri kenaikan suku bunga.

Mengutip Reuters, Rabu (12/4/2023), indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang turun 0,17 persen dalam perdagangan yang berfluktuasi dan berpotensi menghentikan kenaikan beruntun tiga hari.

Hingga perdagangan sesi pertama hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga melemah 0,28 persen atau 19,35 poin ke 6.791,95. Sebanyak 216 saham menguat, 290 saham melemah, dan 210 saham stagnan.

Gerak saham yang melandai tampaknya akan berlanjut di Eropa, dengan indeks berjangka menunjukkan pembukaan yang jauh lebih rendah. Eurostoxx 50 berjangka turun 0,16 persen, DAX berjangka Jerman naik 0,01 persen dan FTSE berjangka turun 0,07 persen.

Setelah laporan pekerjaan Jumat pekan lalu menunjukkan pasar tenaga kerja AS yang tangguh, perhatian investor kini tertuju pada laporan inflasi Maret yang akan dirilis hari ini.

Berdasarkan jajak pendapat Reuters terhadap para ekonom, indeks harga konsumen AS diperkirakan menunjukkan inflasi inti naik 0,4 persen secara bulanan dan 5,6 persen secara tahunan pada bulan Maret.

“Fokus akan bergeser dari penurunan inflasi utama menuju tekanan inflasi yang mendasarinya dan seberapa kuatnya hal itu dapat berdampak pada berapa lama The Fed perlu mempertahankan suku bunga pada tingkat yang lebih tinggi,” kata Shane Oliver, kepala strategi investasi di AMP Capital di Sydney.

Oliver mengatakan risiko bagi pasar adalah perubahan naratif dari inflasi menjadi risiko resesi dan pasar tidak terlalu mengkhawatirkannya saat ini, karena sudah lama dibicarakan dan belum terjadi.

Pasar sekarang memprediksi peluang 66 persen dari Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan Mei dan kemudian berhenti untuk pertemuan berikutnya, menurut alat CME FedWatch.

Presiden Bank Federal Reserve Philadelphia Patrick Harker pada Selasa mengatakan dia merasa bank sentral AS akan segera selesai menaikkan suku bunga, tetapi menegaskan kembali keinginan untuk membawa inflasi kembali ke target 2 persen.

The Fed bulan lalu menaikkan suku bunga sebesar seperempat persentase poin, membawanya ke kisaran 4,75 persen hingga 5,00 persen.

Risalah pertemuan The Fed pada Maret 2023 akan dirilis hari ini dan investor akan mempelajarinya untuk petunjuk tentang jalur moneter Fed dari bank sentral serta dampak dari tekanan di sektor perbankan.

Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan pada Selasa bahwa kerentanan sistem keuangan yang mengintai dapat meletus menjadi krisis baru dan membanting pertumbuhan global tahun ini karena menurunkan perkiraan pertumbuhan global 2023.

Gejolak di sektor perbankan setelah kolapsnya Silicon Bank dan Signature Bank telah memicu beberapa ekspektasi bahwa Fed mungkin perlu menurunkan suku bunga untuk mengurangi beberapa tekanan di pasar tetapi lingkungan inflasi yang sulit tidak mungkin memberi The Fed banyak ruang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper