Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Anjlok 1 Persen Lebih, Khawatir Suku Bunga Naik Lagi

Harga minyak tergelincir karena prospek kenaikan suku bunga The Fed dapat mengurangi permintaan minyak.
Harga minyak tergelincir karena prospek kenaikan suku bunga The Fed dapat mengurangi permintaan minyak. BISNIS/Nyoman Ary Wahyudi.
Harga minyak tergelincir karena prospek kenaikan suku bunga The Fed dapat mengurangi permintaan minyak. BISNIS/Nyoman Ary Wahyudi.

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak turun pada akhir perdagangan Senin (10/4/2023), setelah naik selama tiga minggu berturut-turut, karena kekhawatiran tentang kenaikan suku bunga lebih lanjut.

Kenaikan suku bunga The Fed diperkirakan dapat mengekang permintaan mengimbangi prospek pasar yang lebih ketat karena pemotongan pasokan dari produsen OPEC+.

Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei turun 96 sen atau 1,19 persen menjadi US$79,74 per barel. Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni merosot 94 sen atau 1,10 persen menjadi US$84,18 per barel.

Sebagian besar pelaku pasar energi masih menunggu sampai mereka mendapatkan kejelasan lebih lanjut tentang prospek pertumbuhan global, menurut Edward Moya, analis pasar senior di OANDA, pemasok layanan perdagangan daring multi-aset.

Ada banyak berita utama tetapi tidak ada yang menggerakkan minyak pada Senin (10/4/2023) karena harga tampaknya melayang di atas 80 dolar AS per barel mengingat semua tantangan pasokan, kata Moya, dikutip dari Xinhua.

Mengingat pengurangan produksi sukarela oleh beberapa negara penghasil minyak dan meningkatnya ketegangan geopolitik, minyak akan mulai membangun level terendah pada 80,00 dolar AS per barel dan bekerja menuju ujung atas 80,00 dolar AS per barel dalam beberapa minggu mendatang, menurut Phil Flynn, analis senior di The PRICE Futures Group.

Flynn memperkirakan persediaan minyak mentah komersial AS menunjukkan peningkatan 1 juta barel minggu ini selain pertumbuhan persediaan bensin dan solar.

Selain itu, indeks dolar AS membukukan pertumbuhan yang solid pada Senin (10/4/2023), yang membebani harga aset dalam mata uang dolar AS.

Dolar AS naik setelah data pekerjaan AS menunjukkan pasar tenaga kerja yang ketat, meningkatkan ekspektasi kenaikan suku bunga Federal Reserve lainnya. Kekuatan dolar membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya dan dapat membebani permintaan.

"Kami melihat perdagangan minggu ini akan sangat dipengaruhi oleh data inflasi yang ditampilkan oleh IHK (Indeks Harga Konsumen) Rabu (12/4/2023) dan IHP (Indeks Harga Produsen) Kamis (13/4/2023) yang kemungkinan akan menghidupkan kembali momok suku bunga yang lebih tinggi yang dapat memperkuat dolar AS," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois.

Minyak mentah minggu lalu melonjak lebih dari 6,0 persen setelah OPEC+, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, mengejutkan pasar dengan putaran baru pengurangan produksi mulai Mei.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Hafiyyan
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper