Bisnis.com, JAKARTA - Emiten-emiten yang menjadi portofolio investasi investor kawakan Lo Kheng Hong (LKH) menghasilkan kinerja yang beragam selama 2022. Hal ini senada dengan kinerja harga sahamnya sepanjang tahun berjalan 2023.
Beberapa emiten genggaman LKH mencatatkan laba bersih dan pertumbuhan negatif sepanjang 2022. Emiten-emiten tersebut adalah PT Global Mediacom Tbk. (BMTR), PT Intiland Development Tbk. (DILD), dan PT Gajah Tunggal Tbk. (GJTL).
BMTR sepanjang 2022 mencatatkan pertumbuhan laba bersih negatif pada 2022. Emiten terafiliasi Hary Tanoesoedibjo ini mencatatkan laba bersih Rp1,17 triliun di 2022, turun 15,24 persen dari Rp1,38 triliun di 2021.
Harga saham BMTR pun tercatat masih melemah secara year-to-date (YTD) yang tumbuh negatif 1,44 persen ke level Rp274 per saham pada penutupan perdagangan Selasa (4/4/2023).
Sementara itu, dua emiten lainnya DILD dan GJTL mencatatkan rugi bersih sepanjang tahun 2022. DILD mencatatkan rugi senilai Rp98,8 miliar, dari laba bersih yang sebesar Rp13,13 miliar pada 2021.
Saham DILD pun tercatat masih bergerak pada zona merah secara YTD, yakni negatif 3,51 persen. Saham DILD ditutup pada harga Rp165 per saham pada pentupan perdagangan kemarin (4/4/2023).
Baca Juga
Selanjutnya, GJTL yang mengalami kerugian bersih sebesar Rp181,3 miliar sepanjang 2022. Pada 2021, GJTL tercatat masih membukukan laba bersih sebesar Rp80,49 miliar.
Namun, berbeda dengan dua emiten genggaman LKH di atas, saham GJTL masih mencatatkan return positif secara YTD, yakni naik 7,14 persen ke harga Rp600 pada pentupan perdagangan kemarin.
Sementara itu, lima saham genggaman Lo Kheng Hong lainnya yakni PT ABM Investama Tbk. (ABMM), PT Clipan Finance Tbk. (CFIN), PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS), PT Panin Financial Tbk. (PNLF), dan PT Tunas Baru Lampung Tbk. (TBLA) mencetak pertumbuhan kinerja sepanjang 2022.
ABMM misalnya, mencatatkan kenaikan laba bersih 82,37 persen menjadi US$269,9 juta per 2022. Laba bersih ini naik dari 2021 yang sebesar US$148 juta.
Kinerja saham ABMM juga masih naik secara YTD, walau tipis yakni 0,61 persen menjadi Rp3.300 per saham.
Selanjutnya adalah CFIN yang mencatatkan pertumbuhan kinerja terbesar dengan laba bersih yang meningkat 571,02 persen menjadi Rp310,7 miliar di 2022, dari Rp46,3 miliar pada 2021.
Saham CFIN pun menjadi saham dalam genggaman LKH dengan kinerja tertinggi, yang naik 16,67 persen ke level Rp350 per saham pada akhir penutupan perdagangan kemarin.
Saham selanjutnya yakni PGAS yang tercatat belum mengeluarkan laporan keuangan tahunan 2022. Namun, hingga kuartal III/2022, PGAS tercatat masih membukukan peningkatan laba bersih 11,02 persen menjadi US$366,34 juta, dari US$329,9 juta secara tahunan atau year-on-year (yoy).
Akan tetapi, kinerja saham PGAS di lantai Bursa tercatat masih negatif dengan melemah 20,17 persen secara YTD ke level Rp1.405 per saham pada penutupan perdagangan kemarin.
Emiten lainnya yakni PNLF yang mencetak laba bersih Rp1,79 triliun selama 2022, naik 35,43 persen dari Rp1,32 triliun di 2021. Namun, sama seperti PGAS, kinerja saham PNLF di Bursa secara YTD masih mencatatkan tren negatif dengan turun 1,12 persen ke level 354 per saham.
Emten terakhir yakni TBLA yang membukukan laba bersih Rp800,68 miliar, naik 0,75 persen dari 2021 sebesar Rp749,71 miliar. Namun, kinerja saham TBLA secara YTD masih dalam tren negatif dengan turun 3,60 persen ke Rp670 per saham.
Kode Saham | Harga Saham | Perubahan YTD | Laba bersih (dalam jutaan) | Growth | |
2022 | 2021 | ||||
ABMM* | 3.300 | 0,61% | 269,909 | 148,003 | 82,37% |
BMTR | 274 | -1,44% | 1.177.370 | 1.389.130 | -15,24% |
CFIN | 350 | 16,67% | 310.722 | 46.306 | 571,02% |
DILD | 165 | -3,51% | -98,844 | 13.137 | -852,41% |
GJTL | 600 | 7,14% | -181.389 | 80.495 | -325,34% |
PGAS* ** | 1.405 | -20,17% | 366,347 | 329,97 | 11,02% |
PNLF | 354 | -1,12% | 1.798.290 | 1.327.813 | 35,43% |
TBLA | 670 | -3,60% | 800.689 | 794.719 | 0,75% |
*Dalam dolar AS | |||||
**Kuartal III/2022 |